NTP Hortikultura Sumut Masih di Bawah 100

Pedagang cabai di Medan. (Foto: Amita/Mistar)
Medan, MISTAR.ID
Menurut Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin, Nilai Tukar Petani (NTP) hortikultura di Sumatera Utara (Sumut) masih di bawah 100.
Artinya, pendapatan petani hortikultura belum cukup untuk menutupi biaya kebutuhan hidup mereka.
"Rata-rata petani hortikultura di Sumut masih tertekan daya beli. Tapi, NTP pada September berpeluang naik di atas 100 karena harga cabai terus naik," kata Gunawan, Minggu (7/9/2025).
Selain hortikultura, NTP perkebunan rakyat juga naik 4,74 persen ke level 198,11, dipicu oleh kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO).
Sebaliknya, NTP di sektor tanaman pangan dan peternakan justru menurun. Misalnya komoditas daging sapi harganya turun Rp3.000 hingga Rp5.000 per kilogram (kg). Kinerja NTP peternakan juga masih di bawah 100, menandakan peternak masih rugi.
Gunawan mengingatkan pemerintah agar mewaspadai potensi tekanan daya beli petani. Ia khawatir, meski harga komoditas hortikultura naik signifikan pada Agustus, NTP masih di bawah 100.
"Saya mengkhawatirkan potensi tekanan daya beli di saat harganya berbalik turun, hal ini menjadi tantangan serius bagi pemerintah dalam menjaga kesejahteraan petani," ucapnya.
Sementara itu, harga cabai di Sumut melonjak tajam, mencapai Rp85.000 per kg di pasar tradisional dan bahkan menyentuh Rp90.000 per kg di tingkat pengecer. Kenaikan ini terjadi di beberapa wilayah seperti Kabupaten Langkat, Deli Serdang, dan Kota Medan.
Meskipun demikian, Gunawan memperkirakan harga mulai turun mulai pekan depan.
"Saya belum merubah ekspektasi saya. Dimana, pekan selanjutnya harga masih berpeluang di rentang Rp50.000 hingga Rp60.000 per kg," ujar Gunawan.
Menurut Gunawan, kenaikan harga ini disebabkan oleh permintaan dari luar daerah yang membuat pasokan cabai dari Sumut mengalir keluar. Selain itu, musim kemarau telah mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga hasil panen tidak optimal.
Ia menambahkan, optimisme penurunan harga didasarkan pada distribusi cabai dari Pulau Jawa yang mulai signifikan. Selama pasokan dari Jawa mampu menopang kebutuhan di Sumatera, harga cabai saat ini mulai mendapat tekanan besar.
"Saya masih optimis tingginya harga cabai saat ini karena mendapat tekanan besar pada perdagangan hari Senin (1/9/2025) atau Selasa (2/9/2025)," tuturnya.
Ia memperkirakan, harga akan mulai stabil pada hari Rabu (10/9/2025) mendatang. Namun, ia mengingatkan bahwa proyeksi harga ini sangat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu. (amita/hm20)
NEXT ARTICLE
Harga Sawit di Tanah Jawa Simalungun Naik Tipis