Ekonomi Sumut Tumbuh 4,69 Persen, Sektor Pertanian dan Konsumsi Pemerintah jadi Penopang

Kepala BPS Sumut, Asim Saputra. (foto: amita/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencatat perekonomian Sumut pada Triwulan II-2025 mengalami pertumbuhan yang positif. Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku, ekonomi Sumut mencapai Rp306,74 triliun, dan Rp164,69 triliun atas dasar harga konstan 2010.
Kepala BPS Sumut, Asim Saputra, menjelaskan secara quarter to quarter (q-to-q), ekonomi Sumut tumbuh 2,97 persen dibandingkan Triwulan I-2025.
"Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 5,48 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) tumbuh paling tinggi, yakni 10,45 persen," ujar Asim, Selasa (5/8/2025).
Secara year on year (y-o-y), ekonomi Sumut pada Triwulan II-2025 tumbuh 4,69 persen. Pertumbuhan tertinggi dari sisi produksi dicapai oleh sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh 12,83 persen, sedangkan dari sisi pengeluaran, ekspor barang dan jasa naik 9,94 persen.
Lebih lanjut, secara cumulative to cumulative (c-to-c), ekonomi Sumut pada Semester I-2025 tumbuh 4,68 persen dibandingkan semester yang sama tahun sebelumnya.
"Dari sisi produksi, transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,48 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi tetap pada komponen ekspor barang dan jasa sebesar 11,95 persen," ucapnya.
Secara spasial, Sumatera Utara (Sumut) menjadi penyumbang terbesar kedua terhadap PDRB Pulau Sumatera, dengan kontribusi 23,50 persen, di bawah Riau (22,45 persen), diikuti oleh Sumatera Selatan (13,82 persen) dan Lampung (10,30 persen). Sementara kontribusi terendah berasal dari Bengkulu sebesar 2,18 persen.
Asim menyoroti sektor pertanian sebagai salah satu penopang utama pertumbuhan, terutama karena membaiknya harga Crude Palm Oil (CPO) dan meningkatnya hasil tanaman pangan.
“Produksi padi sangat bagus, karena harga gabah ditetapkan cukup tinggi. Ini memberikan semangat bagi petani. Tantangannya mungkin ada di hortikultura, terutama dari sisi harga,” ujarnya.
Faktor lain yang mendorong ekonomi di Triwulan II adalah cairnya gaji ke-13 dan ke-14 bagi ASN, yang meningkatkan konsumsi masyarakat. "Konsumsi rumah tangga tetap kuat dan memiliki daya beli tinggi. Ini berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan ini," tutur Asim. (amita/hm24)
PREVIOUS ARTICLE
Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,12 Persen di Kuartal II 2025