Dampak Aquabike dan F1H2O 2025 Belum Maksimal, Pariwisata Toba Perlu Berbenah

Pertandingan balapan air F1H2O 2025 di Perairan Danau Toba. (foto:nimrot/mistar)
Toba, MISTAR.ID
Dua event internasional bergengsi, Aquabike dan F1H2O 2025, dinilai belum memberikan dampak signifikan bagi peningkatan pariwisata di Kabupaten Toba maupun kawasan Danau Toba secara umum.
Masyarakat menilai penyelenggaraan ajang olahraga air dunia ini merupakan langkah strategis untuk mengembangkan destinasi wisata Danau Toba sebagai tuan rumah. Namun, realisasinya masih jauh dari ekspektasi dalam menarik wisatawan mancanegara.
Pengamat pariwisata Patrick Lumbanraja menilai, Toba masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah agar bisa benar-benar menjadi tuan rumah event internasional yang berkesan.
Menurutnya, seharusnya momentum ini dimanfaatkan untuk promosi kekayaan budaya Batak Toba, mulai dari pakaian adat, kuliner, situs geologi, hingga keindahan alam, yang dikemas dengan pelayanan maksimal.
“Peserta dan official yang mayoritas berasal dari luar negeri tentu ingin mengenal budaya, kuliner, dan keindahan alam Toba. Jika dikemas dengan baik, mereka akan betah tinggal lebih lama, bahkan mengajak teman atau kerabat untuk kembali berkunjung,” ujar Patrick, Selasa (26/8/2025).
Patrick mengakui sudah ada perubahan sejak event perdana pada 2023, seperti sarana listrik yang lebih memadai, perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), serta persiapan yang semakin matang. Meski begitu, ia menilai potensi besar Toba belum dimaksimalkan, terlihat dari tingkat okupansi hotel yang justru menurun.
“Selain olahraga air, kita juga perlu menghadirkan event tambahan, seperti promosi kekayaan geologi, arsitektur tradisional, kuliner khas, hingga kerajinan lokal. Hal ini akan menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan mancanegara,” tuturnya.
Baca Juga: Hari Terakhir F1H2O Toba 2025: Pengunjung UMKM Membludak, Kominfo Janji Maksimalkan Publikasi
Ke depan, Patrick menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pelaku budaya, akademisi, hingga masyarakat lokal. Menurutnya, keterlibatan masyarakat dalam mengemas budaya dan kuliner secara profesional akan memperkuat posisi Toba sebagai destinasi wisata premium.
“Kita patut bangga Toba sudah menjadi etalase global melalui liputan media internasional. Tinggal bagaimana kita mengemas keunikan alam dan budaya agar Toba benar-benar diakui dunia,” kata Patrick mengakhiri keterangannya. (nimrot/hm16)