Bustami Chie Pit: Perayaan Waisak, Momentum Memperkuat Toleransi dan Nilai Keharmonisan Sosial


Bustami Chi Pit, Sekretaris PC INTI Asahan. (f:ist/mistar)
Asahan, MISTAR.ID
Bustami Chie Pit, Sekretaris PC INTI (Indonesia Tionghoa) Kabupaten Asahan menyampaikan peringatan Waisak memiliki arti penting tidak hanya bagi umat Buddha, tetapi juga bagi kehidupan sosial masyarakat Indonesia secara umum.
“Waisak menjadi momentum untuk memperkuat nilai-nilai toleransi, kedamaian, dan kebajikan di tengah keberagaman bangsa. Kami dari PC INTI Asahan mendukung penuh upaya menjaga keharmonisan lintas agama, dan Waisak menjadi salah satu momen terbaik untuk merefleksikan nilai-nilai tersebut,” ujar Bustami dalam wawancara khusus kepada Mistar, Minggu (11/5/2025).
Bustami juga menambahkan generasi muda di kalangannya perlu diberikan pemahaman yang kuat tentang filosofi Waisak agar tidak hanya sekadar mengikuti tradisi, tetapi juga mampu mengaplikasikan nilai Dhamma dalam kehidupan sehari-hari.
“Bagi kami, tidak ingin melihat Waisak sebagai seremoni. Ini adalah pengingat akan pentingnya kesadaran, perjuangan, dan welas asih. Semangat Buddha Gautama seharusnya menjadi inspirasi dalam dunia modern,” katanya.
Ia menambahkan, salah satu pesan terakhir Buddha sebelum wafat, yang tercatat dalam Maha Parinibbana Sutta, berbunyi: “Segala sesuatu tidak kekal adanya, maka berjuanglah dengan penuh kewaspadaan.”
Kalimat ini menjadi pedoman utama umat Buddha dalam menjalani kehidupan yang bermakna.
Dengan mengamalkan Dhamma dalam berbagai aspek kehidupan baik dalam hubungan keluarga, sosial, hingga kehidupan berbangsa, dikatakannya umat Buddha haruslah memberikan penghormatan tertinggi kepada Sang Buddha.
“Hari Raya Waisak adalah waktu untuk kembali pada nilai-nilai spiritual, menyebarkan cinta kasih, dan memperkuat tekad untuk hidup penuh kesadaran. Perayaan ini bukan hanya milik umat Buddha, tapi juga menjadi bagian dari kekayaan spiritual bangsa Indonesia,” tuturnya.
Menurut kalender Buddhis, Hari Raya Waisak jatuh pada Senin, 12 Mei 2025. Melansir dari website Kementerian Agama RI kemenag.go.id, dalam perayaan ini Umat Buddha menyebutnya sebagai Hari Raya Trisuci Waisak.
Karena memperingati tiga peristiwa penting dalam sejarah kehidupan Buddha Gautama: kelahiran Pangeran Siddharta di Taman Lumbini pada 623 SM, pencapaian Penerangan Sempurna di Bodhi Gaya pada 543 SM, dan wafatnya beliau (Maha Parinibbana) di Kusinara.
Menjelang Waisak, umat Buddha biasanya melaksanakan serangkaian kegiatan spiritual, mulai dari pembersihan vihara, ziarah ke makam leluhur, hingga aksi sosial. Pada hari puncak perayaan, dilakukan puja bakti tepat pada detik-detik bulan purnama, yang menjadi momen sakral dan penuh makna. (perdana/hm25)