Friday, November 7, 2025
home_banner_first
SIANTAR SIMALUNGUN

DPRD Simalungun Telusuri Belum Turunnya Harga Pupuk Subsidi di Lapangan

Mistar.idJumat, 7 November 2025 11.57
journalist-avatar-top
IH
dprd_simalungun_telusuri_belum_turunnya_harga_pupuk_subsidi_di_lapangan

Ketua Komisi II DPRD Simalungun, Maraden Sinaga. (foto: Indra/mistar)

news_banner

Simalungun, MISTAR.ID

Kementerian Pertanian telah menetapkan penurunan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebesar 20 persen dari harga sebelumnya dan diberlakukan secara nasional. Namun, di Kabupaten Simalungun kebijakan ini belum dirasakan para petani di lapangan.

Padahal, Dinas Pertanian Simalungun sebelumnya telah menginformasikan kepada seluruh kios penyalur melalui para distributor agar segera menyesuaikan harga sesuai ketentuan baru. Namun hingga kini, sejumlah petani mengaku masih membeli pupuk bersubsidi dengan harga lama.

Menanggapi hal itu, Ketua Komisi II DPRD Simalungun, Maraden Sinaga, menyatakan pihaknya akan segera memanggil Dinas Pertanian serta pihak Pupuk Indonesia (PI) untuk meminta penjelasan mengapa harga pupuk bersubsidi belum mengalami penyesuaian di tingkat kios.

"Kami akan rapatkan dulu untuk menindaklanjuti hal ini. Harus diperjelas dulu, berapa besaran biayanya, hitungan angkutannya, dan termasuk klasifikasi wilayahnya," ujar Maraden, Jumat (7/11/2025).

Ia menjelaskan perbedaan harga antar daerah bisa terjadi karena adanya faktor biaya distribusi dari gudang hingga ke kios. Namun, kata dia, selisih tersebut tidak boleh dijadikan alasan untuk menahan penerapan HET baru di tingkat petani.

"Iya, kan hitung-hitungannya tiap daerah bisa berbeda. Ada HET-nya, kemudian per kilometer angkutannya juga harus dihitung. Tapi tetap harus transparan dan sesuai ketentuan," ucap Politisi PDIP ini.

Komisi II DPRD Simalungun berencana menggelar rapat kerja bersama dinas terkait untuk memastikan kebijakan penurunan harga pupuk subsidi benar-benar terlaksana. Langkah ini diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi para petani yang selama ini terbebani harga tinggi di tengah meningkatnya biaya produksi pertanian.