Poktan Taruna Ajak Anak TK Belajar Berkebun, Tanamkan Kemandirian Pangan Sejak Dini

Kegiatan anak-anak TK Montessori Macan Bermain bersama Poktan Taruna dan Tim Ajari Aku Menanam. (f: susan/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Kelompok Tani (Poktan) Taruna terus menggaungkan pentingnya kemandirian pangan sejak usia dini. Kali ini, mereka menggandeng siswa-siswi TK Montessori Macan Bermain untuk belajar langsung tentang proses bercocok tanam dan beternak di lahan mereka.
Febby, 39 tahun, pemilik lahan sekaligus anggota Poktan Taruna, menjelaskan kegiatan ini bertujuan mengenalkan anak-anak pada rantai pangan dan proses produksi makanan sejak awal.
"Anak-anak sekarang lebih banyak mengonsumsi makanan instan. Mereka tidak tahu betapa panjang prosesnya untuk menghasilkan satu piring makanan. Maka, mereka kami ajak langsung ke kebun, mulai dari mengolah tanah, menanam, memelihara ternak, hingga memanen dan mengelola hasil panen," ujar Febby di Jalan STM, Kecamatan Medan Johor, Kamis (5/6/2025).
Menurutnya, edukasi semacam ini tidak hanya penting untuk membangun kesadaran pangan, tapi juga sebagai bagian dari regenerasi petani. “Sebagian besar petani saat ini sudah berusia lanjut. Kalau tidak ada anak muda yang meneruskannya, kita mau makan dari mana?” ujarnya.
Febby berharap pengalaman langsung ini akan meninggalkan kesan mendalam bagi anak-anak, yang suatu saat dapat mereka terapkan kembali dalam kehidupan sehari-hari.
Poktan Taruna sendiri saat ini tengah mengembangkan budidaya ubi jalar (sweet potato) yang direncanakan untuk diekspor ke Malaysia. Dari total lahan seluas 7.000 meter persegi, sekitar 220 meter dialokasikan khusus untuk komoditas tersebut.
“Ini penanaman perdana kami, sekaligus kunjungan publik pertama. Target panen sekitar 500 kilogram, dengan perhitungan dua hingga tiga umbi per lubang tanam,” katanya.
Melalui akun media sosial Ajari Aku Menanam, Febby aktif membagikan edukasi seputar pertanian dan kemandirian pangan, berharap tak hanya anak-anak, tetapi juga para orang tua turut tertarik untuk mengelola lahan sendiri.
“Permintaan ubi jalar dalam negeri saja belum terpenuhi hingga 30 persen. Jadi ini juga peluang ekonomi yang besar,” tuturnya. (susan/hm24)