Thursday, November 6, 2025
home_banner_first
SAHABAT PENDIDIKAN

Kurikulum Tak Sinkron, Ratusan Rektor Bahas Penyelarasan CPL dan Profil Lulusan di Bali

Mistar.idKamis, 6 November 2025 16.22
journalist-avatar-top
kurikulum_tak_sinkron_ratusan_rektor_bahas_penyelarasan_cpl_dan_profil_lulusan_di_bali

Andry Husain, Chief Marketing Officer Sevima saat membuka diskusi. (Foto: Radar Bandung.)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, termasuk di Bali, masih menghadapi tantangan dalam penyelarasan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) dengan profil lulusan. Permasalahan lain yang mencuat adalah kesulitan memetakan mata kuliah relevan serta kurangnya sistem evaluasi yang berkelanjutan.

Isu ini menjadi fokus utama dalam workshop nasional yang dihadiri ratusan rektor se-Indonesia di Sanur, Denpasar, Kamis (6/11/2025). Kegiatan ini digelar oleh SEVIMA bekerja sama dengan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XV dan Politeknik Pariwisata Bali.

Kurikulum Harus Adaptif terhadap Dunia Kerja

Direktur Politeknik Pariwisata Bali, Ida Bagus Putu Puja, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengembangkan kurikulum berbasis industri dengan melibatkan mitra global. Pendekatan ini, kata dia, terbukti meningkatkan relevansi lulusan pariwisata Indonesia di pasar kerja internasional.

“Kami bekerja sama dengan industri agar mahasiswa belajar sesuai standar global dan bisa langsung terserap kerja,” ujarnya.

Ia menegaskan, jika dunia kerja berubah, maka kampus pun harus menyesuaikan diri agar tetap relevan.

OBE Dorong Lulusan Lebih Kompeten dan Adaptif

Kepala LLDIKTI Wilayah XV, Prof. Dr. Adrianus Amheka, menyebut bahwa Outcome Based Education (OBE) merupakan sistem pendidikan yang berfokus pada hasil pembelajaran nyata, bukan sekadar lamanya studi.

“Kita tidak lagi bicara berapa lama mahasiswa kuliah, tetapi apa yang benar-benar mereka kuasai setelah lulus,” tegasnya.

Menurut Prof. Adrianus, penerapan OBE akan melahirkan tenaga kerja kompeten, adaptif, dan siap menghadapi perubahan industri global.

Masih Banyak Kampus Salah Kaprah Soal Kurikulum

Sementara itu, Prof. Wahyudi Agustiono, Guru Besar Universitas Trunojoyo Madura sekaligus Customer Strategic Manager SEVIMA, menyoroti bahwa banyak kampus masih menganggap kurikulum sebatas dokumen administratif.

“Jika ingin lulusan siap kerja, jangan hanya ubah dokumen, tapi juga ubah cara berpikir tentang pendidikan itu sendiri,” ujar Prof. Wahyudi.

Berdasarkan survei SEVIMA terhadap ratusan perguruan tinggi mitra, sekitar 60 persen kampus masih kesulitan menyusun pemetaan CPL ke Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Banyak yang lebih fokus pada pengisian dokumen akreditasi, bukan penerapan hasil belajar di kelas.

Digitalisasi Jadi Solusi Arah Baru Pendidikan Tinggi

Prof. Wahyudi menekankan pentingnya sistem digital pendidikan untuk mempercepat penerapan OBE. Teknologi, menurutnya, tidak hanya berfungsi sebagai alat administrasi, tetapi juga sarana utama untuk mengukur capaian pembelajaran mahasiswa secara sistematis.

“Di workshop ini, kita petakan bersama antara capaian pembelajaran, peluang kerja, dan strategi kampus. Misalnya, untuk prodi keperawatan, harus belajar juga komunikasi lintas budaya agar siap kerja di negara lain,” tutupnya.(hm17)

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN