DPRD Sumut: Kurikulum Sekolah Rakyat Harus Diperkuat Agar Pendidikan Berkualitas


Anggota Komisi E DPRD Sumatera Utara (Sumut) yang membidangi pendidikan, Meryl Rouli Saragih (Foto: Instagram Meryl Saragih/Mistar)
Medan, MISTAR.ID
Anggota Komisi E DPRD Sumatera Utara (Sumut), Meryl Rouli Saragih, menekankan pentingnya memperkuat kurikulum dan Sumber Daya Manusia (SDM) pada program pendidikan Sekolah Rakyat (SR).
“Kita harus pastikan sumber daya yang memumpuni dapat mengeksekusi dan mengimplementasikan sekolah rakyat dengan benar secara tepat sasaran. Sehingga target dan Key Performance Indicator atau Indikator Kinerja Utama dapat tercapai,” kata Meryl pada Mistar, Jumat (31/10/2025).
Menurutnya, monitoring dan evaluasi secara berkala diperlukan agar kurikulum pendidikan Sekolah Rakyat berjalan efektif. Ia meyakini setiap anak berhak atas pendidikan berkualitas, baik melalui jalur formal maupun alternatif.
“Maka saya mendukung inisiatif pendidikan kerakyatan yang mampu memperluas akses, menguatkan karakter, serta membentuk generasi yang sadar sosial, mandiri, dan berdaya,” ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan itu menuturkan, kurikulum Sekolah Rakyat lahir dari semangat pemberdayaan dan pemerataan akses pendidikan. Kurikulum ini berbeda dengan kurikulum formal yang berbasis standar nasional.
“Sekolah Rakyat biasanya menerapkan pendekatan yang lebih kontekstual, inklusif, dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Perbedaan kurikulum itu juga mencakup beberapa aspek,” ucap Wakil Sekretaris PDI Perjuangan Sumut itu.
Ia menjelaskan beberapa perbedaan kurikulum mencakup konteks lokal dan kearifan daerah. Sekolah Rakyat menyesuaikan materi dengan realitas sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat setempat.
“Ini penting agar pendidikan tidak terputus dari kehidupan nyata masyarakat, khususnya di Sumatera Utara yang kaya budaya dan karakter lokal,” ucap Meryl.
Selain itu, pendekatan humanis dan partisipatif menjadi fokus Sekolah Rakyat, melalui pembelajaran interaktif yang membangun kesadaran kritis, empati sosial, karakter, dan kepemimpinan.
“Murid dari sekolah rakyat itu tidak hanya diberi materi, tetapi juga dilibatkan dalam proses berpikir, berdiskusi, dan beraksi. Sehingga mereka dilatih beradaptasi secara maksimal,” ujarnya.
Meryl menambahkan, pemberdayaan dan kemandirian juga menekankan keterampilan hidup (life skills), kecakapan vokasional, dan kesiapan bersosial. “Ini sejalan dengan prinsip saya bahwa pendidikan harus memampukan, bukan sekadar mengajarkan,” katanya.
Ia menekankan, Sekolah Rakyat hadir untuk memastikan setiap anak, terutama dari keluarga kurang mampu, tetap mendapatkan pendidikan berkualitas.
“Ini selaras dengan komitmen saya memperjuangkan keadilan dan pemerataan pendidikan di Sumut,” ucap Meryl.
Sementara itu, ia menjelaskan, kurikulum nasional sudah memiliki standar kompetensi yang baik dan terstruktur, namun Sekolah Rakyat memberikan alternatif fleksibel, terutama di wilayah yang akses pendidikannya terbatas.(hm17)























