Sejarah Kopi Susu: Mulai Abad ke-17 hingga Jadi Tren Global

Kopi Susu. (Foto: bp-guide.id/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Kopi susu kini menjadi salah satu varian kopi paling populer di dunia. Dengan rasa manis dan tekstur yang lebih lembut, minuman ini digemari oleh penikmat kopi maupun mereka yang kurang menyukai pahitnya kopi hitam.
Di Indonesia sendiri, kopi susu sudah menjadi minuman kekinian yang mudah ditemukan di hampir setiap kafe dan restoran.
Namun, kopi susu bukanlah racikan baru. Jejaknya dapat ditelusuri sejak tahun 1660 dan melibatkan perjalanan kolonialisme, pertukaran budaya, serta inovasi dari berbagai tokoh bersejarah.
Sejarah kopi susu dimulai pada abad ke-17, ketika Belanda menjadi salah satu kekuatan perdagangan terbesar di dunia. Setelah berhasil membudidayakan kopi di Amsterdam pada 1616, mereka melanjutkan ekspansi hingga ke Sri Lanka dan akhirnya ke Pulau Jawa, yang kelak menjadi pemasok utama kopi untuk Eropa.
Pada tahun 1660, Johan Nieuhof, duta besar Belanda untuk Tiongkok, mengamati kebiasaan bangsawan Dinasti Qing yang gemar menambahkan susu ke dalam teh.
Terinspirasi oleh tradisi tersebut, Nieuhof mencoba mencampurkan susu ke dalam kopi buatannya. Hasilnya adalah rasa yang lebih halus dan manis, sehingga menciptakan minuman baru yang langsung menarik perhatian kalangan elit.
Meski eksperimen Nieuhof menjadi titik awal, popularitas kopi susu baru menyebar luas sekitar 1684. Franz George Kolschitzky, mantan tentara yang pernah tinggal di Turki, membuka kafe di Wina, Austria, menggunakan biji kopi yang ditinggalkan pasukan Turki.
Kopi ala Turki yang kental dan pahit kurang cocok dengan lidah warga setempat. Untuk menyesuaikan rasa, Kolschitzky menyaring kopi dan menambahkan madu serta susu. Perubahan ini membuat kopi lebih ramah di lidah masyarakat Eropa, sekaligus mempopulerkan kopi susu di kawasan tersebut.
Perkembangan besar terjadi pada masa Perang Dunia I (1914–1918), ketika tentara Austria memperkenalkan kopi bergaya capuchin ke Italia. Di negeri ini, racikan tersebut berkembang menjadi cappuccino. Dinamai dari kata cappuccio yang berarti “tudung”, dengan ciri khas susu berbusa di atasnya.
Pada 1960-an, warga Jerman yang berlibur ke Italia membawa pulang kebiasaan minum cappuccino, menyebarkannya di kafe-kafe Jerman. Tren ini meluas hingga ke Amerika Serikat pada awal 1990-an, ketika cappuccino mulai ditawarkan di kedai kopi besar dan menjadi menu favorit.
Keberhasilan cappuccino memicu lahirnya berbagai kreasi kopi berbasis susu, mulai dari latte, flat white, hingga kopi susu gula aren yang kini marak di Indonesia.
Dari eksperimen sederhana Johan Nieuhof di abad ke-17, kopi susu telah menempuh perjalanan panjang hingga menjadi minuman global. Popularitasnya membuktikan bahwa inovasi kecil, seperti menambahkan susu pada kopi bisa menciptakan tren yang bertahan lintas generasi dan budaya.[]
PREVIOUS ARTICLE
Wisata Kuliner di Danau Toba Mulai Diminati Kembali