Wednesday, September 17, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Parlemen Timor Leste Batalkan Pembelian SUV, Ribuan Warga Tetap Demo

journalist-avatar-top
Rabu, 17 September 2025 18.09
parlemen_timor_leste_batalkan_pembelian_suv_ribuan_warga_tetap_demo

Unjuk rasa di Timor Leste menolak pembelian mobil dinas mewah untuk anggota dewan. (foto:afp/mistar)

news_banner

Dili, MISTAR.ID

Parlemen Timor Leste akhirnya menyerah pada tekanan publik dengan membatalkan rencana pembelian mobil dinas baru berupa SUV untuk 65 anggota dewan.

Namun, keputusan itu tidak serta-merta meredam amarah warga. Ribuan demonstran yang dipimpin mahasiswa tetap turun ke jalan di ibu kota Dili, Rabu (17/9/2025).

Menurut laporan AFP, sekitar 2.000 orang kembali berunjuk rasa di dekat gedung parlemen pada hari ketiga demonstrasi. Sebelumnya, aksi protes berlangsung ricuh selama dua hari berturut-turut, dengan demonstran melemparkan batu ke arah polisi yang membalas dengan tembakan gas air mata.

“Rumornya mobil-mobil itu sudah dalam perjalanan,” ujar Trinito Gaio (42), salah satu demonstran, kepada AFP. “Kami di sini untuk memastikan uang pajak tidak disalahgunakan.”

Kontroversi ini bermula dari pos anggaran senilai US$ 4,2 juta yang disetujui tahun lalu untuk membeli Toyota Prado bagi seluruh anggota parlemen. Rencana tersebut memicu kemarahan publik, mengingat lebih dari 40 persen penduduk Timor Leste hidup dalam kemiskinan menurut data Bank Dunia.

Menghadapi tekanan yang terus meningkat, parlemen dengan suara bulat mengadopsi resolusi, Selasa (16/9/2025) untuk membatalkan pengadaan mobil baru dan menginstruksikan Sekretariat Jenderal agar lebih efisien menggunakan kendaraan yang sudah ada.

Presiden Jose Ramos-Horta menegaskan tidak akan menoleransi kekerasan dalam aksi unjuk rasa. Sementara itu, Perdana Menteri Xanana Gusmao sedang berada di London untuk menghadiri pertemuan internasional dan dijadwalkan kembali pada 22 September.

Timor Leste, negara termuda di Asia Tenggara yang merdeka pada 2002, masih bergulat dengan ketimpangan sosial, malnutrisi, dan pengangguran. Ekonominya bergantung besar pada cadangan minyak, sementara ketidakpuasan rakyat terhadap fasilitas mewah pejabat terus memicu demonstrasi. (**/hm16)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN