Israel Makin Dalam Serang Gaza, Netanyahu ke PBB Bahas Perang dan Sandera

Warga Palestina yang mengungsi yang melarikan diri dari Gaza utara karena operasi militer Israel, bergerak ke selatan setelah pasukan Israel memerintahkan penduduk Kota Gaza untuk mengungsi ke selatan, di Jalur Gaza tengah, Kamis (259/2025). (foto:reuters/mahmoudissa/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Pasukan Israel kembali memperluas serangan ke jantung Kota Gaza pada Kamis (25/9/2025) ketika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertolak ke New York untuk berpidato di Majelis Umum PBB. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan tengah mengupayakan kesepakatan untuk mengakhiri perang Gaza.
Otoritas kesehatan Palestina menyebut sedikitnya 19 orang tewas akibat serangan udara Israel pada Kamis. Sebelas di antaranya merupakan anggota dua keluarga di Kota Zawayda, Gaza Tengah, setelah sebuah pesawat menghantam bangunan tempat tinggal mereka.
Militer Israel belum menyampaikan serangan tersebut. Namun, mereka mengklaim telah menyerang 170 sasaran di Gaza dalam 24 jam terakhir, termasuk “infrastruktur teror” yang digunakan kelompok militan. Pasukan Israel juga telah masuk lebih jauh ke Kota Gaza dengan dukungan tank.
Israel menyatakan operasi ini bertujuan melenyapkan Hamas setelah serangan mematikan ke wilayahnya pada Oktober 2023. Namun, operasi tersebut telah menyebabkan kehancuran yang luas, krisis kemanusiaan, dan kelaparan yang semakin parah di Gaza. Netanyahu menegaskan Kota Gaza sebagai benteng terakhir Hamas, meski ratusan ribu warga sipil masih terjebak dan tidak memiliki tempat aman untuk mengungsi.
Rencana Perdamaian dan Tekanan Internasional
Utusan AS Steve Witkoff mengatakan Washington optimis dapat mencetak konflik konflik Gaza dalam beberapa hari mendatang. Trump bahkan telah membagikan rencana Perdamaian Timur Tengah 21 poin kepada para pemimpin negara mayoritas Muslim di New York.
Trump juga berjanji kepada para pemimpin Arab bahwa Israel tidak akan mencaplok Tepi Barat yang didudukinya. Namun, Netanyahu menegaskan penolakannya terhadap pendirian negara Palestina, meskipun Inggris, Prancis, Kanada, dan negara lain baru saja mengakui kenegaraan Palestina.
Isolasi diplomatik Israel semakin terasa akibat pengepungan militer di Gaza. Sejumlah negara Eropa semakin kritis terhadap tindakan Israel. Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) pun telah mengeluarkan surat perintah terhadap Netanyahu atas dugaan kejahatan perang, meskipun Israel menolak menyetujui ICC.
Meski demikian, AS tetap menjadi sekutu utama Israel. Trump dalam pidatonya di PBB pekan ini memperingatkan bahwa pengakuan negara Palestina bisa “menghargai kesamaan Hamas” dan memperpanjang konflik.
Baca Juga: Kecam Serangan Israel ke Qatar, Thani: Netanyahu Harus Diadili ke Mahkamah Pidana Internasional
Netanyahu Bertemu Trump
Netanyahu dijadwalkan berpidato di Majelis Umum PBB pada Jumat (26/9/2025) dan bertemu Trump pekan depan. Sebelum berangkat, ia menyatakan akan mengecam pemimpin negara-negara yang mengakui Palestina. Ia juga berencana membahas perang Gaza, pengampunan sandera yang ditahan sejak serangan Hamas 7 Oktober 2023, dan upaya memperluas hubungan koneksi Israel.
Hingga kini, sekitar 1.200 orang tewas dan 251 orang disandera dalam serangan Hamas di Israel. Sebanyak 48 sandera diyakini masih berada di Gaza, dengan 20 di antaranya diperkirakan masih hidup. Kampanye militer Israel telah mencapai lebih dari 65.000 warga Palestina, menurut otoritas setempat.
Sayap bersenjata Hamas memperingatkan bahwa meluasnya operasi Israel di Kota Gaza akan mengancam keselamatan para sandera. Di sisi lain, militer Israel meminta warga Gaza “bangkit dan melepaskan diri dari Hamas” demi mengakhiri perang.
Suara Warga: Situasi Kemanusiaan Memburuk
Di Yordania, Afkar Alwan, ibu lima anak, menceritakan kondisi tragis keluarganya. Putranya, Yaman Alwan, dievakuasi dari Gaza bulan lalu untuk perawatan medis mendesak setelah kekurangan gizi penyakit ginjal ginjal bawaannya.
"Demi Tuhan, situasi di Gaza sangat tragis. Tidak ada laboratorium dan rumah sakit … masalah yang buruk," katanya kepada Reuters. (*)
PREVIOUS ARTICLE
Topan Ragasa Terjang China, Taiwan, dan Filipina