Gaza Darurat: Bantuan Kemanusiaan Dibajak, Warga Kelaparan Berebut Pasokan

Warga Palestina berjalan dengan pasokan bantuan yang mereka terima dari Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung AS, di Jalur Gaza tengah, 29 Mei 2025. (f:reuters/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Puluhan truk bantuan kemanusiaan yang memasuki Jalur Gaza kembali dibajak oleh kelompok bersenjata pada Jumat (30/5/2025) malam.
Ratusan warga Palestina yang putus asa juga turut mengambil alih pasokan tersebut. Demikian keterangan dari sejumlah kelompok bantuan lokal pada Sabtu (31/5/2025).
Peristiwa ini menjadi insiden terbaru yang menyoroti rapuhnya situasi keamanan di Gaza, yang terus menghambat distribusi bantuan meskipun Israel telah mulai melonggarkan blokade sejak awal bulan.
Presiden Amerika Serikat saat ini, Donald Trump, mengatakan pada Jumat bahwa ia yakin perjanjian gencatan senjata sudah dekat.
Namun, kelompok Hamas menyatakan masih mempertimbangkan proposal terbaru yang diajukan utusan khusus Timur Tengah, Steve Witkoff.
Gedung Putih sebelumnya menyatakan bahwa Israel telah menyetujui proposal tersebut.
Usulan Gencatan Senjata 60 Hari
Dalam proposal tersebut, diusulkan adanya gencatan senjata selama 60 hari disertai dengan pertukaran 28 dari 58 sandera yang masih ditahan di Gaza dengan lebih dari 1.200 tahanan Palestina.
Kesepakatan itu juga mencakup pembukaan jalur bantuan kemanusiaan ke wilayah yang terdampak perang.
Meski demikian, pada hari Sabtu, militer Israel melaporkan bahwa mereka tetap melanjutkan operasi udara dan darat di Gaza, termasuk menyerang pos penembak jitu dan menewaskan kepala situs produksi senjata milik Hamas.
Krisis Kemanusiaan Semakin Parah
Konflik ini telah menyebabkan kerusakan besar di sepanjang perbatasan Gaza, memaksa lebih dari dua juta penduduk terkonsentrasi di wilayah sempit, terutama di sekitar pesisir dan kota Khan Younis.
Sejak awal Maret, Israel memberlakukan blokade penuh atas semua pasokan masuk ke Gaza dalam upaya menekan Hamas.
Hanya saja, blokade tersebut menuai tekanan dari komunitas internasional karena memperparah kondisi kemanusiaan di wilayah itu.
PBB menyebut situasi di Gaza saat ini sebagai yang terburuk sejak perang dimulai 19 bulan lalu, dengan seluruh populasi berada dalam ancaman kelaparan meskipun pengiriman bantuan telah dibuka secara terbatas.
Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan telah mengirimkan 77 truk berisi tepung ke Gaza pada Jumat malam dan Sabtu pagi. Namun, seluruhnya dihentikan dan dijarah oleh warga yang kelaparan.
“Setelah hampir 80 hari blokade total, masyarakat di Gaza kelaparan dan tidak lagi bisa hanya menyaksikan makanan melintas di depan mereka tanpa bisa mengaksesnya,” kata perwakilan WFP dalam pernyataannya.
Penjarahan dan Krisis Keamanan
Amjad Al-Shawa, ketua aliansi organisasi bantuan Palestina, menyebutkan bahwa kelompok-kelompok bersenjata telah mengeksploitasi situasi ini dengan menyerang konvoi bantuan.
Ia menjelaskan bahwa konvoi truk yang menuju gudang Program Pangan Dunia di Deir Al-Balah dihentikan di dekat Khan Younis. Ratusan warga yang putus asa kemudian menyerbu truk-truk tersebut untuk mengambil bantuan.
“Kami bisa memahami bahwa banyak warga terdorong kelaparan ekstrem, ada yang mungkin sudah berminggu-minggu tidak makan roti. Tapi penjarahan bersenjata tidak bisa dibenarkan dan sama sekali tidak dapat diterima,” ujarnya.
Bantuan Terbatas dan Kontroversi GHF
Sementara itu, sebagian bantuan juga disalurkan melalui sistem distribusi terpisah oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah lembaga yang didukung oleh Amerika Serikat.
Namun, banyak organisasi bantuan internasional menolak bekerja sama dengan GHF karena dianggap tidak netral dan tidak transparan dalam distribusi.
Kepala UNRWA (organisasi bantuan utama PBB untuk Palestina), Philippe Lazzarini, mengkritik terbatasnya bantuan yang masuk.
“Bantuan yang dikirim saat ini hanya menjadi ejekan atas tragedi kemanusiaan besar yang terjadi di depan mata dunia,” tulisnya di platform media sosial X.
Israel Tuduh Hamas Curi Bantuan
Israel menyatakan telah mendukung pengiriman bantuan melalui GHF dan menyetujui masuknya truk bantuan lainnya ke Gaza.
Pemerintah Israel menuduh Hamas mencuri bantuan kemanusiaan untuk memperkuat kekuasaan mereka di wilayah tersebut.
Namun, Hamas membantah tuduhan tersebut dan mengklaim telah menindak tegas para pelaku penjarahan. PBB menyatakan tidak menemukan bukti bahwa Hamas mencuri bantuan dalam pengiriman terbaru.
Awal Konflik dan Dampaknya
Konflik ini bermula dari serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 ke wilayah selatan Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang disandera ke Gaza, menurut data pemerintah Israel.
Sebagai respons, Israel meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur di Jalur Gaza.
Jutaan warga kini hidup dalam kondisi memprihatinkan di tempat penampungan darurat. Demikian dikutip dari media Reuters. (*)
PREVIOUS ARTICLE
Elon Musk Mengundurkan Diri dari Pemerintahan Donald Trump