Donald Trump Gagal Raih Nobel Perdamaian 2025, Komite Ungkap Alasannya


Donald Trump. (foto: Getty Images/Mistar)
Olso, MISTAR.ID
Ketua Komite Nobel, Jorgen Watne Frydnes, mengungkapkan alasan mengapa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tidak terpilih sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2025, meski mendapat dukungan dari sejumlah tokoh dalam dan luar negeri.
Pernyataan ini disampaikan Frydnes untuk menjawab pertanyaan mengenai pengaruh dukungan publik dan kampanye yang gencar mendukung Trump terhadap keputusan akhir komite.
“Dalam sejarah panjang Hadiah Nobel Perdamaian, kami telah menyaksikan berbagai bentuk kampanye dan perhatian media. Setiap tahun, kami menerima ribuan surat dari masyarakat yang ingin mencalonkan tokoh yang menurut mereka layak mendapat penghargaan atas kontribusinya terhadap perdamaian,” ujar Frydnes.
Ia menambahkan, keputusan komite didasarkan pada nilai-nilai mendasar yang tercermin dalam ruangan tempat mereka bekerja.
“Komite ini duduk di sebuah ruangan yang dipenuhi potret para peraih Nobel sebelumnya — ruangan yang sarat dengan keberanian dan integritas,” katanya.
Meski tak secara eksplisit menyebut alasan spesifik penolakan terhadap Trump, Frydnes menegaskan penerima Nobel Perdamaian tahun ini adalah sosok yang memenuhi tiga kriteria utama sebagaimana tercantum dalam wasiat Alfred Nobel.
Penghargaan tahun ini diberikan kepada Maria Corina Machado, tokoh oposisi Venezuela yang dikenal sebagai pejuang demokrasi dan pendiri organisasi pro-demokrasi, Súmate. Machado juga merupakan kandidat dalam Pemilu Venezuela 2024 dari pihak oposisi.
“Dia menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas perjuangannya yang tak kenal lelah memperjuangkan hak-hak demokrasi rakyat Venezuela, serta peran sentralnya dalam mendorong transisi damai dari rezim otoriter menuju demokrasi,” ucap Frydnes saat pengumuman resmi.
Komite menilai Machado sebagai sosok yang berani, konsisten, dan berdedikasi dalam memperjuangkan demokrasi di tengah kemunduran kebebasan politik di berbagai negara. Ia juga disebut berhasil menyatukan oposisi di negaranya dan secara konsisten menentang militerisasi masyarakat.
Sementara itu, dukungan terhadap pencalonan Trump sempat menguat, terutama setelah keberhasilan AS sebagai mediator dalam kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada pekan lalu. Dukungan juga datang dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, serta sejumlah politisi Partai Republik di dalam negeri.
Namun, di tengah dinamika politik AS, termasuk penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) yang menyebabkan ribuan pegawai tidak menerima gaji, komite tetap memilih tokoh yang dianggap memiliki dampak langsung dan konsisten terhadap perdamaian dan demokrasi global.
BERITA TERPOPULER









