Friday, June 13, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Banjir Besar di Afrika Selatan, 49 Orang Tewas-Empat Pelajar Hilang

journalist-avatar-top
Kamis, 12 Juni 2025 08.12
banjir_besar_di_afrika_selatan_49_orang_tewasempat_pelajar_hilang

Petugas mengevakuasi korban tewas akibat banjir di Afrika Selatan. (f: AP/mistar)

news_banner

Pretoria, MISTAR.ID

Sebanyak 49 orang dilaporkan tewas akibat banjir besar yang melanda wilayah timur Afrika Selatan (Afsel), khususnya di Provinsi Eastern Cape. Bencana ini terjadi akibat cuaca musim dingin ekstrem yang melanda kawasan tersebut sejak pekan lalu.

"Sejauh ini, jumlah korban meninggal telah meningkat menjadi 49 orang," kata Gubernur Eastern Cape, Lubabalo Oscar Mabuyane, mengutip data dari kepolisian, Kamis (12/6/2025).

Di antara korban tewas, terdapat empat pelajar yang menjadi bagian dari rombongan 13 orang dalam sebuah minibus sekolah yang tersapu banjir di dekat kota Mthatha. "Sayangnya, empat pelajar, bersama dengan sopir dan kondektur minibus, dipastikan meninggal dunia," ucap Mabuyane.

Sementara itu, empat pelajar lainnya masih dinyatakan hilang dan terus dalam pencarian. Tiga pelajar lainnya berhasil ditemukan dalam kondisi selamat.

Mabuyane mengatakan, belum ada rincian lengkap terkait korban lainnya akibat badai musim dingin ini, yang terus berkembang secara dinamis. "Operasi pencarian dan pemulihan masih berlangsung di semua wilayah terdampak," ujarnya.

Hujan deras selama beberapa hari terakhir turut memicu tanah longsor dan memaksa ratusan keluarga mengungsi dari rumah mereka. Kerusakan besar juga terjadi pada sejumlah infrastruktur penting.

Pada Selasa (10/6/2025), tiga anak berhasil diselamatkan setelah bertahan berjam-jam di atas pohon untuk menghindari banjir. Sejak Senin (9/6/2025), ratusan warga telah mengungsi, terutama dari Distrik OR Tambo dan Amathole. Sebagian besar dari mereka kini ditampung di sekolah-sekolah dan balai kota.

Gubernur Mabuyane mengungkapkan keterbatasan sumber daya dalam penanganan bencana ini. "Kami hanya memiliki satu helikopter yang tersedia di provinsi. Kami butuh lebih banyak dukungan. Bencana seperti ini belum pernah kami alami sebelumnya, namun kini menjadi tak terhindarkan karena perubahan iklim dan pemanasan global," tuturnya.

Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, menyebut cuaca musim dingin ekstrem ini sebagai ancaman serius bagi keselamatan jiwa. Ia memastikan layanan darurat, termasuk Pusat Manajemen Bencana Nasional, sedang memberikan perhatian penuh terhadap krisis ini.

Ramaphosa juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, saling peduli, dan bekerja sama dalam menghadapi dampak terburuk dari cuaca ekstrem.

Layanan cuaca nasional Afrika Selatan sebelumnya telah memperingatkan bahwa kondisi cuaca ekstrem ini diperkirakan masih akan berlangsung setidaknya hingga pertengahan minggu ini.

Meskipun salju dan hujan lebat merupakan hal yang umum terjadi di musim dingin Afrika Selatan, negara ini sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Menurut Green Climate Fund, perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi serta intensitas bencana seperti kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan. (mtr/hm24)

REPORTER: