Inflasi Sumut Naik Lagi di Oktober, Pengamat: Kemungkinan Deflasi Bulan Depan

Ilustrasi. (Foto: Istimewa/Mistar)
Medan, MISTAR.ID
Harga sejumlah komoditas di Sumatera Utara (Sumut) mengalami kenaikan pada Oktober 2025 yang memicu laju inflasi tahunan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Asim Saputra, menyebutkan inflasi year-on-year (y-on-y) pada Oktober 2025 tercatat sebesar 2,86 persen, naik seiring peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,01 pada Oktober 2024 menjadi 109,04 pada Oktober 2025.
"Sementara itu, tingkat inflasi month-to-month (m-to-m) tercatat sebesar 0,28 persen, dan inflasi year-to-date (y-to-d) sebesar 2,10 persen," kata Asim pada Selasa (4/11/2025).
Inflasi y-on-y didorong oleh kenaikan harga pada sebagian besar kelompok pengeluaran. Kelompok yang memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi y-on-y, adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau yang alami kenaikan 4,99 persen atau menyumbang andil sebesar 1,43 persen.
Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya naik 11,87 persen, menyumbang andil sebesar 0,77 persen. Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga naik 1,59 persen atau menyumbang andil sebesar 0,25 persen.
"Satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks (deflasi) adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,25 persen," ucapnya.
Asim merinci bahwa kenaikan harga sejumlah komoditas menjadi penyumbang utama inflasi m-to-m pada Oktober 2025.
Baca Juga: Salman Alfarisi Soroti Inflasi Sumut 5,32 Persen: TPID Dinilai Lemah dan Tak Terintegrasi
Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin, menyampaikan bahwa berdasarkan data BPS, Sumut merealisasikan deflasi sebesar 0,2 persen secara bulanan di Oktober.
Namun, secara tahunan, laju inflasi Sumut masih di angka 4,97 persen. Angka ini menjadikan Sumut sebagai provinsi dengan inflasi tertinggi di Indonesia.
Gunawan memperkirakan, Sumut sangat berpeluang besar mencetak deflasi pada November mendatang. Penurunan harga cabai merah menjadi faktor pendorong utama.
"Hari ini saja harga cabai merah sudah turun di kisaran Rp45.000 hingga Rp55.000 per kg. Dua pekan terakhir November harga cabai merah diproyeksikan berada di harga Rp35.000 hingga Rp40.000 per kg," ujar Gunawan.
Ia memproyeksikan deflasi di November bakal dipicu oleh penurunan harga pada komoditas cabai merah, emas perhiasan, cabai hijau, wortel, dan bawang merah.
Meskipun potensi deflasi besar, Gunawan mengingatkan adanya ancaman inflasi yang bisa disumbangkan oleh komoditas seperti minyak goreng, beras, dan daging ayam. Kenaikan harga ini diperkirakan lebih didorong oleh faktor suplai.
Kemudian, ancaman cuaca buruk tetap berpeluang memicu kenaikan harga tak terduga. Gunawan memproyeksikan persaingan inflasi tertinggi di akhir tahun akan mendominasi wilayah Sumatera.
"Peluang wilayah yang akan menyandang predikat inflasi tertinggi adalah Riau dan Sumut di penghujung 2025," tuturnya.
Pemicu utama tingginya inflasi di Sumatera belakangan ini disebutnya karena mitigasi yang minim terhadap dampak kemarau panjang yang melanda dataran rendah dan dataran tinggi. (hm20)
BERITA TERPOPULER






Susunan Pemain dan Link Live Streaming Timnas Indonesia Piala Dunia U-17 2025: Garuda Muda Vs Zambia

















