Pematangsiantar, MISTAR.ID

Pematangsiantar menjadi salah satu wilayah di Sumatera Utara (Sumut) yang mengalami inflasi tertinggi, yakni 0,47 persen month to month (mtm). Sedangkan year on year (yoy) inflasi Pematangsiantar 5,84 persen.

Kabag Perekonomian dan SDA Setdako Pematangsiantar, Sari Dewi Damanik menuturkan inflasi dipengaruhi kenaikan harga cabai merah dan menjadi penyumbang utama.

"Pada bulan September ini telah melewati masa panen, khususnya di wilayah sentra produksi seperti Simalungun, Karo, dan Batubara. Kombinasi faktor cuaca, biaya produksi, dan ketidakseimbangan pasokan-permintaan menjadi pemicu utama inflasi," kata Sari dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (18/10/2025).

Menurutnya, cabai merah mempengaruhi inflasi karena harganya yang fluktuatif dan sensitif terhadap cuaca buruk yang menyebabkan pasokan berkurang, biaya transportasi yang meningkat, dan distribusi yang tidak lancar.

Untuk menekan laju inflasi, kata dia, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Pematangsiantar menggelar Pasar Murah dan Gerakan Pangan Murah (GPM) di setiap kecamatan, seperti beras, minyak goreng, dan gula pasir, serta cabai merah.

"Cabai merah sebagai komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Pematangsiantar tentunya menjadi perhatian berbagai pihak, termasuk Pemko Pematangsiantar bersama TPID. Kita berharap di bulan ini inflasi bisa terkendali seiring turunnya harga cabai merah," ucapnya.

Dilanjutkannya, "kemarin sudah ada diskusi, Pemko bersama TPID lagi dalam proses menanam cabai merah di lahan pertanian kita. Ada di dua wilayah, yakni Kecamatan Siantar Sitalasari dan Martoba."

Sementara itu, Wali Kota Pematangsiantar Wesly Silalahi mengajak masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman, termasuk cabai merah agar mengurangi pengeluaran rumah tangga.

“Apalagi harga cabai merah terus mengalami fluktuasi,” ujarnya. (hm20)