Gemini AI Geser ChatGPT, Ada Peneliti Indonesia di Baliknya

Ilustrasi Gemini AI Chatbot. (foto:bloggoogle/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Takhta chatbot AI global kini mulai bergeser. ChatGPT yang selama ini mendominasi, akhirnya digeser oleh Gemini AI.
Tren penggunaan AI yang makin marak, termasuk fitur foto miniatur hingga polaroid ala Nano Banana rilisan Google, membuat Gemini melesat ke puncak popularitas.
Menurut data Appfigures, seperti dilansir, Jumat (19/9/2025), Gemini mencatat peningkatan unduhan hingga 45 persen secara bulanan (month-over-month) pada September 2025. Meski baru setengah bulan berjalan, Gemini sudah meraih 12,6 juta unduhan, naik dari 8,7 juta pada Agustus. Lonjakan besar ini mengantarkan Gemini menjadi aplikasi nomor satu di App Store AS pada 12 September, menggusur ChatGPT ke posisi dua.
Gemini juga masuk lima besar aplikasi iPhone di 108 negara, sementara di Google Play, posisinya naik dari peringkat 26 menjadi 2 pada awal September. Meski begitu, di toko aplikasi milik Google sendiri, ChatGPT masih bertahan di peringkat pertama.
VP Google Gemini dan Google Labs, Josh Woodward, mengungkapkan bahwa sejak Nano Banana diluncurkan, aplikasi ini menambah 23 juta pengguna baru dengan lebih dari 500 juta gambar tercipta. Popularitas Gemini diprediksi akan terus meningkat seiring Google yang agresif mengembangkan fitur gratis dan inovatif.
Jejak Anak Bangsa di Balik Gemini
Di balik kesuksesan Gemini, ada nama peneliti asal Indonesia: Adhiguna Surya Kuncoro. Ia merupakan satu-satunya peneliti Indonesia di Google DeepMind, laboratorium AI prestisius yang bermarkas di London.
Adhiguna ikut mengembangkan teknologi Natural Language Processing (NLP), otak yang membuat Gemini mampu memahami, merespons, dan bercakap layaknya manusia.
Perjalanannya dimulai dari Bandung pada 2013, saat ia menulis skripsi tentang AI di Institut Teknologi Bandung (ITB) ketika topik itu masih dianggap fiksi ilmiah. Selepas itu, ia melanjutkan studi ke Oxford University (MSc, 2014), lalu mendalami Language Technologies di Carnegie Mellon University (2017), dan kembali ke Oxford sebagai kandidat PhD dengan beasiswa bergengsi.
Sejak 2017, Adhiguna bergabung dengan DeepMind. Salah satu karyanya bahkan meraih penghargaan Outstanding Long Paper di konferensi EACL 2017. Ia menekuni riset structured prediction dan language generation yang menjadi teknologi inti Gemini.
Meski berkarya di jantung riset AI dunia, Adhiguna tetap memberi kontribusi nyata bagi Indonesia. Ia mendorong kolaborasi riset, mengajak ilmuwan internasional mengajar di Jakarta, dan mendukung pengembangan bahasa Indonesia dengan sumber daya bernilai miliaran rupiah.
Dalam sebuah kesempatan, ia memberi pesan inspiratif: “Percaya dan tahan banting, kita tidak kalah pintar dibanding orang dari China atau India. Bedanya, mereka lebih berani bermimpi, berani gagal, dan mencoba lagi. Jangan takut gagal.” (**/hm16)
PREVIOUS ARTICLE
Segini Harga iPhone 17