Pengamat Sosial Sebut Sulitnya Lapangan Pekerjaan Picu Premanisme


Pengamat sosial dari USU, Agus Suriadi. (f:ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Pengamat sosial dari Universitas Sumatera Utara (USU), Agus Suriadi, menyebut sulitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadi salah satu pemicu terjadinya aksi premanisme.
"Sempitnya lapangan pekerjaan memang dapat berkontribusi terhadap munculnya premanisme. Akan tetapi, premanisme juga dipengaruhi oleh faktor lain, termasuk kondisi ekonomi, penegakan hukum, dan lingkungan sosial," ucapnya saat dihubungi Mistar, Rabu (14/5/2025).
Agus mengatakan dalam mengatasi aksi premanisme diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif. Kendati demikian, dia menyambut baik pembentukan satuan tugas (satgas) pemberantasan preman yang dilakukan institusi Polri.
"Meskipun langkah (pembentukan satgas pemberantas preman) ini dapat dianggap tepat dalam konteks penegakan hukum, tapi menurut saya yang lebih penting bagi Polri untuk juga mengadopsi pendekatan yang lebih komprehensif," ujarnya.
Pendekatan komprehensif tersebut, kata Agus, juga sebagai upaya pencegahan, pemberdayaan masyarakat, serta penyediaan alternatif ekonomi untuk mengatasi akar penyebab premanisme.
"Pendekatan yang seimbang antara penegakan hukum dan pengembangan sosial akan lebih efektif dalam jangka panjang. Penanganan masalah ini perlu pendekatan yang komprehensif, termasuk peningkatan lapangan kerja, pendidikan, dan penegakan hukum yang lebih baik," katanya.
Agus meminta Polri untuk konsisten dalam mengimplementasikan satgas pemberantasan preman yang telah dibentuk supaya tidak terkesan satgas ini hanya sekadar ada saja.
"Di samping itu, implementasi satgas harus konsisten dan jangan karena maraknya premanisme baru satgas bergerak. Hal lain juga yang tak kalah penting adalah adanya dukungan masyarakat, serta upaya untuk mengatasi faktor-faktor sosial yang mendasari premanisme," ucapnya.
Selain itu, kata Agus, dialog antara Polri dan masyarakat juga sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman, nyaman, dan tentram. (Deddy/hm18)