Pengamat Sebut Rencana Sekolah Lima Hari Besutan Gubernur Bobby Perlu Dikaji Dalam


Gubernur Sumut, Bobby Nasution. (f:iqbal/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Pengamat Kebijakan Publik di Sumatera Utara (Sumut) menyebut rencana pemberlakukan sekolah lima hari besutan Gubernur Bobby Nasution perlu dikaji lebih dalam lagi.
Menurut Pengamat Kebijakan Publik, Elfenda Ananda, Gubernur Bobby Nasution memiliki rekam jejak membuat kebijakan tanpa landasan yang kuat sejak menjabat Wali Kota Medan.
"Pengalaman panjang Gubernur Bobby Nasution saat memimpin kota Medan selalu tidak punya persiapan, selalu asal buat saja kebijakan sehingga kebijakan tidak mempunyai satu makna yang kuat," ujarnya kepada Mistar, Selasa (13/5/2025).
Elfenda menilai selama ini Bobby kerap membuat kebijakan tanpa dasar yang mendalam sehingga tidak sesuai implementasinya di lapangan. Dia juga mencontohkan kebijakan parkir berlangganan yang tidak sesuai penerapannya.
"Kebijakan yang dibuat selalu apa ditinjau dengan melakukan satu pendapat saja, tanpa punya kekuatan misalnya melakukan satu kajian. Contoh misalnya kebijakan Wali Kota Medan dalam membuat Perda parkir berlangganan gitu kan. Nah ini secara kebijakan tidak implementasi dan tidak bisa dipraktekkan di lapangan. Karena tidak ditopang oleh satu kajian yang cukup kuat. Kemudian tidak melibatkan masyarakat. Ini perjalanan panjang Walikota Medan yang sekarang menjadi Gubernur," ucapnya.
Dia pun kembali menanggapi rencana Bobby sebagai Gubernur Sumut yang ingin meliburkan sekolah pada hari sabtu bagi para siswa.
"Kemudian dari sisi aspek apa kebijakan yang mau memberlakukan pendidikan 5 hari. Kalau baca dari beberapa pemberitaan soal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kerawanan remaja kemudian tawuran. Kemudian kenakalan ini menjadi alasan untuk melakukan kebijakan 5 hari sekolah," tutur Surveyor Lembaga Survey Indonesia (LSI) wilayah Sumut itu.
Menurutnya, persoalan kenakalan remaja tidak melulu soal lemahnya pendidikan, melainkan ada juga faktor lain yang perlu dikaji.
"Kalau ini sebagai landasan kebijakan tentunya dapat dipertanyakan apakah semua kemudian penyebab tawuran itu adalah karena memang penyebabnya disebabkan angka interaksi siswa itu terlalu tinggi sehingga menimbulkan gesekan. Tapi kalau dilihat dari problemnya ini bukan melulu gara-gara pendidikan yang mungkin dianggap salah satu penyebabnya," ucapnya.
Dikatakannya, beberapa aspek seperti lingkungan dan ekonomi juga perlu dikaji sebagai penyebab maraknya kenakalan remaja saat ini.
"Tapi kalau dilihat dalam problem tawuran remaja anak sekolah itu kan banyak aspek contoh di Belawan, itu bukan karena disebabkan oleh persoalan pendidikan tapi kan tanggung jawab soal kenakalan remaja itu banyak penyebab apakah dari lingkungannya, kemudian ekonominya," tutur Akademisi UISU itu.
Meski ada negara yang memberlakukan sekolah lima hari, namun menurut Elfenda, hal tersebut tidak bisa disamakan jika diterapkan di Sumut.
"Nah selalu problemnya ya dijadikan alasan soal pendidikan. Nah, itu bukan jalan keluar dan kita tahu persis kalau kita belajar dari banyak-banyak negara yang misalnya menerapkan pendidikan cuman 5 hari tapi kan ada hal-hal yang lain yang berbeda dengan di sini nah ini," ujarnya.
Dia mengatakan kebijakan tersebut seharusnya dikaji lebih mendalam dan memiliki dasar yang kuat agar dapat diimplementasikan sesuai dengan yang diharapkan.
"Ini yang seharusnya dijadikan satu pembelajaran yang cukup baik sebenarnya kalau mau melakukan kebijakan itu atau maupun kebijakan harus punya pondasi yang kuat, harus punya wibawa yang kuat, harus dapat diimplementasikan, bukan cuman gagah-gagahan apalagi meniru wilayah lain," katanya.
Belum lama ini, Bobby mengakui memiliki rencana tersendiri untuk mengurangi kenakalan remaja khususnya pelajar. Dia berencana membuat libur sekolah di hari Sabtu.
"Ya yang mau kita usulkan untuk pembinaan ini sebenarnya dari sisi jam belajarnya. Kita ingin seluruh sekolah yang ada di Sumatera Utara kalau bisa setiap Sabtu itu kita buat libur semua," ucap Bobby, Senin (5/5/2025) lalu. (Iqbal/hm18)