Meryl Saragih: Geopark Toba Harus jadi Ruang Edukasi, Bukan Hanya Promosi

Anggota Komisi E DPRD Sumut, Meryl Rouli Saragih. (f:ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Geopark Toba tidak boleh dipandang semata sebagai destinasi wisata, melainkan harus difungsikan sebagai ruang edukasi dan pelestarian warisan geologi dunia.
Hal ini dikatakan Anggota DPRD Sumatera Utara, Meryl Rouli Saragih yang menanggapi ancaman pencabutan status Geopark Kaldera Toba oleh UNESCO.
Menurutnya, pendekatan promosi tanpa penguatan aspek ilmiah, partisipasi masyarakat, dan tata kelola yang melibatkan akademisi akan melemahkan nilai geopark itu sendiri.
“Geopark Kaldera Toba bukan ditetapkan UNESCO karena keindahan alam atau potensi wisata semata, melainkan karena nilai geologi global yang dimilikinya,” ujar Anggota Komisi E DPRD Sumut tersebut pada Mistar, Rabu (18/6/2025).
Meryl juga menekankan Danau Toba adalah warisan geologi luar biasa yang terbentuk dari letusan supervulkanik puluhan ribu tahun silam, dan seharusnya dirawat dengan pendekatan ilmiah serta edukatif bukan hanya dikomersialisasi demi pariwisata.
Ia mengungkapkan UNESCO telah memberikan tujuh catatan kritis dalam evaluasi terakhirnya, termasuk kurangnya informasi edukatif terkait proses geologi Danau Toba, belum optimalnya pemetaan warisan geologi dan budaya, serta lemahnya koordinasi antar sektor yang seharusnya melibatkan ahli geologi dan akademisi secara lebih aktif.
“Selain itu, keterlibatan masyarakat lokal dalam program Geopark masih sangat minim. Padahal, mereka seharusnya menjadi aktor utama dalam pelestarian kawasan,” ujar politisi PDI Perjuangan itu.
Menurutnya, tanggung jawab utama dalam mengatasi persoalan ini berada pada Pemerintah Provinsi Sumut, khususnya Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Dinas Kebudayaan, serta Badan Otorita Danau Toba. Ia mengingatkan bahwa pendekatan parsial dan hanya berorientasi promosi wisata tidak cukup untuk menjaga status Geopark.
“Kita harus ubah pola pikir, dari sekadar mengejar kunjungan wisata menjadi menjaga warisan geologi dunia. Edukasi kepada masyarakat lokal dan perluasan literasi geosains menjadi kunci,” katanya.
Meryl menegaskan perlunya penguatan kelembagaan pengelola Geopark serta komunikasi aktif dan transparan dengan UNESCO. Ia mendorong agar Geopark dimasukkan ke dalam kurikulum lokal dan kegiatan pendidikan, guna menumbuhkan kesadaran generasi muda akan pentingnya Danau Toba sebagai warisan dunia.
“Kita tidak sedang mempertahankan status semata, tapi mempertahankan identitas dan warisan dunia yang seharusnya kita rawat bersama,” tuturnya.
Untuk itu, Meryl mengajak seluruh pihak yakni pemerintah daerah, akademisi, komunitas lokal, hingga sektor swasta, untuk bersinergi mengembalikan esensi Geopark sebagai ruang edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat. (ari/hm25)