Sunday, June 22, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

USS Nimitz Menuju Timur Tengah: Sekilas Profil Kapal Induk Nuklir dengan 90 Sayap Tempur

journalist-avatar-top
Minggu, 22 Juni 2025 17.15
uss_nimitz_menuju_timur_tengah_sekilas_profil_kapal_induk_nuklir_dengan_90_sayap_tempur

Ilustrasi, USS Nimitz yang sedang menuju Timur Tengah. (f:afp/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Pada 17 Juni 2025 pukul 09.03 WIB, USS Nimitz (CVN-68) terpantau di koordinat antara perairan Malaysia dan Indonesia, melintasi Selat Malaka menuju wilayah operasi di Timur Tengah.

Pelintasan itu bukan hanya soal perpindahan armada, melainkan juga menimbulkan sejumlah pertanyaan teknis, hukum, dan geopolitik.

Latar Belakang Pelintasan

- Waktu dan Rute: Terpantau 17 Juni 2025, kecepatan sekitar 19 knot, rute awalnya melewati Selat Malaka.

- Transponder Dimatikan: Setelah memasuki perairan dekat Aceh, AIS dimatikan—praktik umum dalam operasi militer untuk menghindar pelacakan publik.

- Konteks: Dugaan tujuan menuju Teluk Persia, merespons ketegangan Israel-Iran yang memuncak setelah insiden 13 Juni 2025.

Profil Teknis USS Nimitz

- Sejarah Singkat: Kapal pertama kelas Nimitz, diresmikan 3 Mei 1975—beroperasi selama 50 tahun dan kini menjalani misi terakhir sebelum pensiun.

- Dimensi dan Kapasitas: Panjang 333 meter (sekitar 3× lapangan sepakbola), lebar dek 76,8 meter, bobot ~104.000 ton.

- Propulsi Nuklir: Dua reaktor Westinghouse A4W, daya total ~194 MW, memungkinkan berlayar hingga 20 tahun tanpa pengisian ulang bahan bakar; kecepatan puncak ~30 knot (~56 km/jam).

- Komponen Udara: Kapasitas hingga 90 pesawat: F/A-18 Super Hornet, F-35C, helikopter maritim, dan pesawat penunjang lainnya.

- Sistem Pertahanan:

CIWS Phalanx (empat unit, hingga 3.000 peluru/menit)

Rudal permukaan-ke-udara RIM-162 ESSM dan RIM-116 Rolling Airframe

Sistem elektronik dan radar canggih untuk deteksi dan proteksi.

Analisis Mode “Silent”

- Protokol Militer: Menonaktifkan AIS adalah prosedur standar saat operasi. Bukan pelanggaran, tetapi menutup jejak publik demi keamanan.

- Tujuan Strategis: Memastikan kapal tiba tepat waktu di wilayah yang memerlukan kehadiran; dalam konteks ini, untuk deterrence di Timur Tengah.

- Risiko dan Keamanan: Tanpa AIS, TNI AL dan pemantau pihak ketiga menggunakan radar pantai, drone, dan satelit untuk pemantauan situasional.

Keterangan foto: USS Nimitz memiliki kemampuan mengangkut komponen udara dengan kapasitas hingga 90 pesawat (sayap tempur) yang terdiri dari F/A-18 Super Hornet, F-35C, helikopter maritim, dan pesawat penunjang lainnya. (f:afp/mistar)

Respons TNI AL dan Aspek Hukum

- UNCLOS 1982: Hak Lintas Transit melewati Selat Malaka—pelintasan legal meski tanpa pemberitahuan rute secara spesifik.

- Pemantauan: TNI AL memantau pergerakan dari Natuna hingga Aceh dengan radar pantai dan drone pengawas.

- Komunikasi Resmi: Mayjen Kristomei Sianturi (Kapuspen TNI) menegaskan sesuai ketentuan internasional, namun tetap waspada menghadapi potensi dinamika regional.

Misi di Timur Tengah dan Beban Operasional

- Pemicu Deploymen: Meningkatnya ketegangan akibat insiden pada 13 Juni 2025, sehingga AS menempatkan kapal induk sebagai deterrence.

- Perubahan Jadwal: Kunjungan ke Vietnam batal (seharusnya 20 Juni 2025) demi prioritas operasional.

- Statistik Deploymen: Sejak 2023, ini adalah deploymen kelima kapal induk AS ke Timur Tengah, menyedot ~41% hari operasi armada—naik signifikan dibanding 8% pada 2022.

USS Nimitz menggantikan USS Carl Vinson yang telah melebihi rata-rata hari bertugas.

Keterangan foto: Pesawat tempur yang berada di atas Kapal Induk Nuklir USS Nimitz. (f:usni/mistar)

Implikasi Geopolitik bagi Indonesia

- ALKI & Selat Malaka: Jalur vital (30% perdagangan maritim global) juga menjadi jalur bagi kapal perang asing tanpa notifikasi rinci.

- Kelemahan Informasi: UNCLOS tidak mewajibkan kapal perang memberi jadwal atau rute ke negara pantai—membatasi prediksi dan kesiapsiagaan.

- Ketegangan Regional: Pergerakan kapal induk AS dapat memicu reaksi negara lain (misalnya China), yang juga memantau alur ini.

- Peluang Kerja Sama: Di sisi lain, momen ini mendorong Indonesia memperkuat pengawasan maritim, modernisasi radar, dan diplomasi pertahanan.

Jejak Legacy dan Interaksi di Aceh

- Sejarah Bantuan: Sebelumnya, USS Abraham Lincoln pernah terlibat Operation Unified Assistance pasca-tsunami Aceh 2004—menghadirkan misi kemanusiaan dan kerja sama maritim.

- Interaksi Masyarakat: Misi bantuan meningkatkan kepercayaan bilateral, namun pelintasan militer memunculkan wacana transparansi dan mitigasi risiko.

Artikel ini disusun dengan bantuan teknologi AI, mengintegrasikan data pelacakan maritim, pernyataan resmi TNI AL, dan dokumen kebijakan pertahanan AS. (*)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN