Wednesday, August 13, 2025
home_banner_first
EKONOMI

NTP Sumut Belum Pulih, Inflasi Besar Mengancam di Kuartal Keempat 2025

journalist-avatar-top
Rabu, 13 Agustus 2025 13.04
ntp_sumut_belum_pulih_inflasi_besar_mengancam_di_kuartal_keempat_2025

Petani memikul karung berisi gabah hasil panen di area persawahan di Deli Serdang, Sumatera Utara. (Foto: Adil Situmorang/Mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumatera Utara (Sumut) pada Juli 2025 belum cukup memulihkan kesejahteraan petani.

Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, memperingatkan kondisi ini bisa memicu lompatan inflasi signifikan pada kuartal keempat 2025.

Menurut Gunawan, NTP Sumut naik 0,71 persen menjadi 139,78. didorong oleh kenaikan pada subsektor tanaman pangan 1,13 persen, hortikultura 2,46 persen, dan perkebunan rakyat 0,63 persen. Kenaikan ini dipicu oleh harga gabah kering panen (GKP) yang sempat mencapai Rp8.300 per kilogram.

Meskipun terjadi kenaikan NTP, Gunawan menyoroti kondisi petani hortikultura yang sangat rentan. NTP untuk subsektor ini masih jauh di bawah angka 100, yaitu pada level 88, yang menandakan petani mengalami kerugian.

"Ini akan menjadi masalah besar bagi petani di Sumut. Kenaikan harga pada Juli tidak mampu mengembalikan daya beli para petani kita," kata Gunawan, Rabu (13/8/2025).

Ia memprediksi, pada Agustus 2025, harga komoditas hortikultura seperti cabai, bawang merah, dan tomat berpotensi menurun. Hal ini akan semakin menekan kemampuan finansial petani, menggerus modal mereka, dan berpotensi menurunkan produksi.

"Penurunan NTP yang diproyeksikan pada Agustus berpotensi memicu kekecewaan di kalangan petani. Penurunan produksi hortikultura akibat lemahnya modal dapat menyebabkan lonjakan harga yang signifikan di pasar," ucapnya.

Gunawan memperkirakan adanya potensi lompatan inflasi yang besar di akhir tahun. Inflasi tanpa pemulihan daya beli akan membuat kemampuan belanja masyarakat melemah di masyarakat Sumut. Ia meminta pemerintah mewaspadai ancaman ini. (amita/hm20)

REPORTER: