Harga Singkong di Simalungun Anjlok, Industri Lebih Pilih Impor Dibandingkan Lokal

Akademisi Universitas Simalungun Dr. Darwin Damanik. (foto:abdi/mistar)
Simalungun, MISTAR.ID
Harga singkong yang terus merosot membuat petani di Kabupaten Simalungun, khususnya di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja, semakin terpuruk.
Akademisi Universitas Simalungun (USI), Dr. Darwin Damanik, menyebut penyebab utama anjloknya harga singkong di tingkat petani adalah kualitas hasil panen yang belum sesuai standar industri.
“Maka itu industri saat ini banyak membeli singkong dari luar negeri (impor). Dampak impor inilah yang akhirnya membuat stok singkong berlebih di pasar, sehingga singkong dari petani kita yang tidak sesuai standar industri menjadi murah harganya,” ujarnya kepada Mistar, Minggu (21/9/2025).
Darwin menambahkan, industri juga memiliki lahan singkong di luar negeri dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan lokal.
Baca Juga: Harga Singkong Anjlok Lagi di Simalungun
“Solusi utama yang bisa dilakukan pemerintah adalah mengedukasi petani lokal agar mampu menghasilkan singkong berkualitas sesuai standar yang diinginkan industri,” jelasnya.
Ia berharap pemerintah juga dapat menetapkan harga yang disepakati antara industri dan petani lokal, seperti mekanisme pada minyak goreng dan beras, sebagai bentuk perlindungan terhadap petani.
Sementara itu, Mukhtar, seorang petani asal Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, mengatakan harga singkong kini berada di kisaran Rp5.000 hingga Rp8.000 per kilogram.
“Sampai sekarang sulit sekali untuk menikmati harga singkong Rp1.000 per kilogram,” ucapnya.
Mukhtar menuturkan harga singkong sangat memengaruhi perekonomian petani, mulai dari biaya pupuk, obat semprot, hingga bahan pokok yang terus naik. “Kami gelisah karena hasil panen selalu minus,” keluhnya. (abdi/hm16)
PREVIOUS ARTICLE
Dirut Bulog Usulkan Beras SPHP Disalurkan Sepanjang Tahun