Pengamat: Budaya Penukaran Uang Baru Dinilai Mubazir


Masyarakat saat melakukan penukaran uang baru untuk berbagi saat Lebaran. (f:amita/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Pengamat Ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UINSU), Gunawan Benjamin mengatakan sistem layanan penukaran uang oleh Bank Indonesia (BI) dinilai mubazir.
"Hanya memanjakan masyarakat yang menukar uang, karena layanan penukaran uang efektif dilakukan setahun sekali. Setelah perayaan Idulfitri usai, sistem layanan jadi kurang bermanfaat bagi masyarakat," katanya melalui keterangan tertulis, Kamis (20/3/2025).
Menurutnya, budaya menukar uang jelang Lebaran harus dikurangi. Masyarakat harus dibiasakan membagi uang saat perayaan hari besar dengan uang digital.
"Penggunaan smartphone sudah luas, kebiasaan menukar uang baru saat perayaan hari besar membutuhkan biaya yang banyak," ucapnya.
Alasan lainnya adalah, akses penukaran uang cukup sulit dilakukan karena berbagai masalah teknis.
"Bisa karena masyarakat banyak mengakses, sehingga sistem tidak mampu mengakomodir permintaan untuk mengakses layanan," ujarnya.
Lanjutnya, banyak biaya yang akan dikeluarkan untuk mencetak uang, penukaran uang menjadi salah satu faktor pemicu sejumlah biaya.
"BI harus menyediakan SDM, operasional dan maintenance sistem, dan juga kendaraan penukaran uang keliling. Dari sisi masyarakat juga mengeluarkan biaya seperti, biaya transfer, paket data, biaya transport, akomodasi lain, hingga tenaga," tuturnya.
Menurut Gunawan, penukaran uang baru hanya seremonial, tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan.
"Tidak akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi jika menggunakan uang lama, nilai juga tidak berubah, BI tidak ada alasan harus mempertahankan budaya ini," katanya.
Budaya ini, katanya, harus dikurangi dan digantikan dengan uang digital. Seperti membagikan secara rata ke semua orang yang mengajukan permohonan tukar uang.
"Sistem harus bisa mengeluarkan output dengan algoritma penukaran uang baru, dibagi kepada semua pemohon. Sehingga, masyarakat hanya mendapat jatah sedikit, hal tersebut bisa membuat minat menukar uang memudar," ucapnya.
Kemudian, jika masyarakat menggunakan uang digital, maka ada penghematan biaya di sisi lainnya.
"Tidak karena penghematan anggaran agar penggunaan uang digital digalakkan, tapi memang sudah saatnya menggunakan uang digital," ujarnya.
Ia menyampaikan penggunaan uang digital dilakukan agar tercipta layanan sistem pembayaran yang efisien dan menghemat sumber daya yang ada. (amita/hm18)
PREVIOUS ARTICLE
Harga Kelapa Masih Tinggi di Kota Medan, Stok Menipis