Thursday, September 11, 2025
home_banner_first
WISATA

Gunung Everest Punya Zona Kematian

journalist-avatar-top
Kamis, 11 September 2025 06.00
gunung_everest_punya_zona_kematian

Gunung Everest . (Foto: Outforia via Euronews.com)

news_banner

Jakarta, MISTAR.ID

Gunung Everest berdiri kokoh di perbatasan Nepal dan Tibet, China. Gunung ini menjadi yang tertinggi di dunia dan selalu menjadi tujuan impian para pendaki.

Keindahan panorama pegunungan yang disuguhkannya memang sulit untuk ditolak. Namun, di balik pesonanya, Everest juga menyimpan sisi kelam.

Gunung ini sering disebut sebagai "kuburan terbuka tertinggi di dunia." Hingga akhir 2024, lebih dari 335 pendaki dilaporkan meninggal, baik dalam perjalanan menuju puncak maupun saat turun kembali.

Di Everest terdapat area yang dikenal dengan sebutan death zone atau zona kematian. Wilayah ini menjadi ujian paling berbahaya bagi para pendaki. Mereka yang berhasil melintas akan selangkah lebih dekat ke puncak, tetapi yang gagal sering kali berakhir dengan nyawa melayang dan jasad tertinggal di lereng gunung.

Zona kematian berada di ketinggian lebih dari 8.000 meter di atas permukaan laut. Di ketinggian tersebut, kadar oksigen sangat minim sehingga tubuh manusia mulai melemah perlahan.

Kondisi ini meningkatkan risiko serangan jantung maupun stroke karena otak dan paru-paru tidak memperoleh pasokan oksigen yang cukup.

“Tubuh Anda sebenarnya sedang sekarat. Rasanya seperti sedang berpacu dengan waktu,” kata Shaunna Burke, pendaki yang berhasil menaklukkan Everest pada 2005, dikutip dari Business Insider, Kamis (11/9/2025).

Salah satu bahaya terbesar di ketinggian ini adalah hipoksia, yakni kondisi ketika oksigen yang masuk ke organ vital seperti otak tidak mencukupi.

Jika dibiarkan, otak dapat mengalami pembengkakan yang dikenal sebagai edema serebral dataran tinggi (High-Altitude Cerebral Edema atau HACE). Gejalanya berupa sakit kepala, mual, hingga penurunan fungsi berpikir.

Lebih parah lagi, kekurangan oksigen bisa memicu delirium, yakni gangguan kesadaran yang sering dianggap sebagai bentuk psikosis di ketinggian ekstrem. Dalam keadaan itu, pendaki bisa berperilaku tak wajar, seperti melepas pakaian tanpa alasan atau berbincang dengan "teman imajiner".[]

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN