Saturday, June 7, 2025
home_banner_first
SUMUT

Kisruh Lapangan Mini Balige dengan Disdik, Pemilik Lahan Pasang Pagar

journalist-avatar-top
Senin, 7 April 2025 13.35
kisruh_lapangan_mini_balige_dengan_disdik_pemilik_lahan_pasang_pagar

Pemagaran dan spanduk pelarangan masuk dilakukan keluarga Napitupulu. (f: nimrot/mistar)

news_banner

Toba, MISTAR.ID

Tindak lanjut dari pemasangan plang oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dan Yayasan Tunas Bangsa di Lapangan Mini Sopo Surung, Kelurahan Sangkarnihuta, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba mendapat respons keras dari pihak keluarga Napitupulu, yang mengklaim sebagai pemilik lahan.

Senin (7/4/2025), keluarga Napitupulu memagari lokasi dengan kawat berduri dan memasang spanduk bertuliskan larangan masuk tanpa izin.

Jaya Napitupulu, perwakilan keluarga yang tinggal di sekitar lokasi, mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan hasil kesepakatan keluarga, baik yang berada di perantauan maupun di Kabupaten Toba.

"Pemagaran dan pelarangan masuk bukan tanpa alasan. Sejarah dan bukti kepemilikan tanah kita miliki dan saksi-saksi juga ada," kata Jaya dengan menyebut selama ini mereka mendukung pendidikan di Balige, sehingga mengizinkan tanah mereka digunakan Disdik Sumut.

Salah satu yang menggunakan selama almarhum TB Silalahi masih hidup, pemanfaatan lapangan oleh Yayasan Tunas Bangsa selalu melalui prosedur yang jelas, termasuk permisi dan penandatanganan perjanjian bermaterai.

"Kenapa kini mendirikan plang kepemilikan, dan dilakukan sepihak," ujarnya kesal.

Jaya juga membantah klaim bahwa lahan telah diserahkan pada tahun 1975, sebagaimana diungkapkan pihak Disdik Sumut. Menurutnya, lapangan mini baru terbentuk pada tahun 1982 atas inisiatif Jonni Pardede, anak dari TD Pardede. Tujuannya adalah untuk mencari bibit unggul pemain sepak bola klub Harimau Tapanuli.

"Saat itu, Jonni langsung bermohon kepada orang tua saya untuk merubah kebun kami menjadi lapangan sepak bola. Kemudian dikarenakan Jonni merupakan keponakan Napitupulu maka lahan itu dipinjampaikaikan kepadanya," katanya.

Lebih jauh, Jaya menyebut bahwa klaim sepihak oleh pihak yayasan bisa jadi keliru objek. Ia menjelaskan bahwa lapangan yang kini berdiri di lokasi Yayasan Tunas Bangsa dulunya dikenal masyarakat sebagai Lapangan Balanga, bukan Lapangan Mini yang kini disengketakan.

"Di situ lah dulunya, masyarakat dan pelajar melakukan kegiatan olahraga sepakbola bukan dilapangan mini, yang mereka klaim sekarang secara sepihak menjadi milik mereka," katanya menerangkan. (nimrot/hm17)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN