Saturday, June 14, 2025
home_banner_first
SUMUT

Tradisi Mangengge Boni di Aek Sipitu Dai Tuai Apresiasi Berbagai Pihak

journalist-avatar-top
Selasa, 10 Juni 2025 20.23
tradisi_mangengge_boni_di_aek_sipitu_dai_tuai_apresiasi_berbagai_pihak

Tradisi ritual mangengge boni di Desa Aek Sipitu Dai. (f:pangihutan/mistar)

news_banner

Samosir, MISTAR.ID

Tradisi ritual mangengge boni ni eme atau merendam benih padi yang digelar di Desa Aek Sipitu Dai, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, Selasa (10/6/2025).

Upacara adat yang hampir terlupakan itu berhasil dihidupkan kembali, berkat kerja sama yang baik antara pemerintah desa dan masyarakat.

Anggota DPRD Samosir, Pantas Lasidos Limbong, turut hadir dalam kegiatan itu menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan ritual adat yang dinilai penting untuk pelestarian budaya.

“Dengan menggali, melaksanakan, dan mempertahankan tradisi warisan nenek moyang, tentu kita akan memperoleh nilai yang lebih baik. Saya bangga melihat antusiasme masyarakat mengikuti acara ini,” ujar Pantas dalam sambutannya.

Ia berharap ritual mangengge boni dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan menjadi agenda tahunan Desa Aek Sipitu Dai. Pantas juga mengajak masyarakat untuk menjalankan kesepakatan musim semai dan musim tanam secara konsisten.

“Semoga hasil pertanian di Desa Aek Sipitu Dai dan Samosir secara umum semakin melimpah,” tuturnya.

Apresiasi serupa juga datang dari Ketua Lembaga Adat Samosir, Pantas Marroha Sinaga. Ia menilai tradisi itu merupakan bagian dari kepercayaan masyarakat agraris yang patut dilestarikan.

“Tradisi ini bukan semata-mata untuk pariwisata, meskipun bisa dipadukan. Intinya adalah menjaga dan merawat proses bertani dengan baik, disertai doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar hasil pertanian melimpah,” ucapnya.

Pantas menjelaskan bahwa mangengge boni bukan satu-satunya tradisi dalam pertanian padi di masa lampau. Ada juga tradisi mangurus eme, yang berarti merawat padi, termasuk menghalau hama tanpa bahan kimia.

Camat Sianjur Mula-mula, Andre Limbong, turut mengapresiasi kegiatan itu, serta menyatakan akan mengoordinasikan pada seluruh pemerintah desa di kecamatan tersebut agar tradisi lokal di masing-masing desa dapat digali dan dilaksanakan kembali.

Menurut Andre, pola tanam bersama seperti yang dicetuskan dalam acara ini sangat menguntungkan petani. Salah satunya, pengendalian hama menjadi lebih mudah.

Hal yang sama dijelaskan Ketua BUMDes Aek Sipitu Dai Saut Limbong, jika ritual ini dilakukan mengingat sejarah zaman dahulu.

“Dahulu zaman nenek moyang kami, pola tanam padi selalu serentak. Ritual ini harus dipertahankan, dan ini lah bukti kebersamaan dan gotong royong,” ujarnya. (pangihutan/hm16)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN