Cuaca Ekstrem Berbahaya, Pelayaran Tigaras–Simanindo di Danau Toba Dihentikan

Kawilker Simanindo, Robinsus Purba saat memastikan tidak ada kapal yang beroperasi pada saat cuaca buruk. (f : Ist/ mistar.id).
Simalungun, MISTAR.ID
Kecepatan angin sangat kencang di kawasan Danau Toba memaksa perjalanan kapal kapal ferry dan kapal tradisional untuk rute Tigaras–Simanindo dan sebaliknya dihentikan. Hal ini untuk mengantisipasi risiko kecelakaan pelayaran akibat cuaca ekstrem yang melanda wilayah Danau Toba.
"Jadi kita tidak mau ambil risiko dan menghentikan sementara operasional kapal ferry dan juga kapal tradisional," kata Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Penyeberangan Danau Toba (KSOPP) Danau Toba, Rijaya Simarmata, Selasa (10/6/2025).
Ia menjelaskan bahwa sejak pukul 07.45 WIB, kapal tradisional telah dihentikan karena kecepatan angin telah melampaui 10 knot. Sementara kapal ferry sempat beroperasi hingga pukul 11.00 WIB, sebelum akhirnya dihentikan total pada pukul 11.30 WIB karena kecepatan angin meningkat hingga 15 knot.
“Demi keselamatan penumpang, seluruh aktivitas pelayaran Tigaras–Simanindo kita hentikan sampai batas waktu yang belum ditentukan,” terangnya.
Rijaya juga menambahkan bahwa angin kencang di wilayah Danau Toba sudah terjadi dalam beberapa hari terakhir, dan ini bukan kali pertama penghentian pelayaran dilakukan.
“Dalam kurun waktu satu minggu ini, kita sudah lima kali menghentikan pelayaran akibat cuaca buruk,” ujarnya.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Maritim Belawan, cuaca pada 10 Juni 2025 diprakirakan akan disertai hujan ringan hingga lebat, dengan kecepatan angin mencapai 16 knot dan kecepatan arus permukaan laut hingga 39 cm/s.
BMKG mengimbau seluruh kapal yang berlayar untuk meningkatkan kewaspadaan dan selalu memperhatikan informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG. Para nakhoda juga diminta untuk memberitahukan potensi bahaya cuaca kepada kapal lain di sekitarnya.
Kementerian Perhubungan juga mengeluarkan imbauan agar setiap nakhoda meningkatkan kewaspadaan, menjaga komunikasi aktif dengan pihak otoritas pelabuhan dan VTS (Vessel Traffic Services), serta berkoordinasi dengan Syahbandar dan Basarnas jika kondisi cuaca semakin memburuk.
"Syahbandar wajib memastikan kelaiklautan kapal dan menunda keberangkatan bila diperlukan demi keselamatan pelayaran," pungkas Rijaya. (hamzah/hm17)