Tuesday, July 1, 2025
home_banner_first
MEDAN

Wamendikdasmen: 15,5 Juta Remaja Indonesia Alami Stres, Gawai Picu Pembusukan Otak

journalist-avatar-top
Selasa, 1 Juli 2025 17.38
wamendikdasmen_155_juta_remaja_indonesia_alami_stres_gawai_picu_pembusukan_otak

Wamendikdasmen, Fajar Riza Ul Haq di Medan. (f:susan/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq mengungkapkan sekitar 34,9 persen anak usia 10 hingga 17 tahun mengalami masalah kesehatan mental.

Ia mengatakan, satu dari tiga remaja Indonesia kini menghadapi persoalan yang mempengaruhi konsentrasi dan fokus belajar mereka.

“Masalah kesehatan mental ini memang sifatnya masih ringan, sedang, sementara dan bisa dipulihkan. Bisa disembuhkan dengan proses konseling, olahraga, motivasi,” katanya di Kota Medan, Selasa (1/7/2025).

Lebih lanjut, Fajar membeberkan sebanyak 15,5 juta remaja di Indonesia mengalami stres, kecemasan, dan tekanan psikologis lainnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 5,5 persen atau 2,5 juta remaja mengalami gangguan mental serius, termasuk depresi hingga keinginan untuk menyakiti diri sendiri.

“Kalau sudah masalah gangguan mental itu sudah berat. Mental disorder. Mental illness. Dari total itu, anak-anak kita yang mendapat konseling hanya 2,5 persen,” ujarnya.

Menurutnya, berbagai faktor menjadi pemicu gangguan mental ini, mulai dari kekerasan di rumah dan lingkungan sebaya, hingga fenomena kecanduan gawai atau screen time yang semakin masif.

Fajar menyebut, rata-rata penduduk Indonesia menghabiskan 7 jam 22 menit per hari di depan layar. Ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan penggunaan gawai tertinggi di dunia.

“Anak-anak kita, bahkan usia PAUD, sudah terpapar handphone (HP). Riset mengatakan 33,4 persen anak umur 0 sampai 6 tahun sudah terpapar HP,” kata Fajar.

“Ya wajar kan kita lihat anak baru umur 1 tahun dikasih HP. Lihat YouTube, TikTok dan sebagainya. Dan itu ternyata menimbulkan masalah kesehatan mental buat anak-anak kita,” ucapnya lagi.

Kecanduan Handphone Sebabkan Brain Rot

Ia menyoroti efek berbahaya dari kecanduan gawai, termasuk penurunan minat belajar, kehilangan semangat untuk beribadah atau bersosialisasi, dan gangguan serius terhadap pertumbuhan otak anak.

Fajar menjelaskan kecanduan ini bisa menyebabkan kondisi yang disebut brain rot, yaitu penurunan fungsi kognitif akibat terlalu lama menatap layar.

“Anak usia dini, usia sekolah dasar harusnya bertumbuh otaknya. Tapi gara-gara kecanduan HP, menurun kemampuan kognitifnya. Secara ekstrim, brain rot itu pembusukan otak. Jadi fisiknya stunting, otaknya juga gak bisa bertumbuh,” katanya lagi.

Lanjut Fajar, masalah seperti ini lah yang sedang dihadapi anak-anak di Indonesia, serta menjadi latar belakang pemerintahan meluncurkan beberapa program prioritas. (susan/hm16)





REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN