Israel Serang Iran: Kepala Staf Angkatan Bersenjata Tewas, Ini Profil Jenderal Mohammad Bagheri

Jenderal Mohammad Bagheri semasa hidup. (f:wikipedia/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Pada Jumat pagi, Israel melancarkan serangan udara ke beberapa fasilitas militer dan nuklir di Iran, termasuk kawasan permukiman di Teheran yang dikenal sebagai tempat tinggal para pejabat tinggi keamanan.
Serangan ini semakin meningkatkan ketegangan dan berpotensi memicu perang terbuka antara kedua negara yang telah lama berseteru.
Serangan tersebut menewaskan sejumlah tokoh senior militer Iran, termasuk Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran.
Bagheri merupakan pejabat militer tertinggi di negara tersebut, yang dikenal luas sebagai otak strategis di balik koordinasi militer Iran dan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC).
Profil Singkat Jenderal Mohammad Bagheri
Jenderal Mohammad Bagheri lahir dengan nama asli Mohammad Hossein Afshordi pada dekade 1960-an.
Ia dikenal sebagai sosok yang berperan penting dalam struktur militer Iran modern.
Dalam jabatannya, Bagheri mengawasi semua cabang militer Iran, termasuk IRGC, serta bertanggung jawab atas sinkronisasi operasional dan kebijakan strategis keamanan nasional.
Bagheri bergabung dengan IRGC pada tahun 1980, hanya setahun setelah Revolusi Iran dan bersamaan dengan pecahnya Perang Iran-Irak.
Selama konflik yang berlangsung delapan tahun tersebut, ia aktif di medan perang, termasuk dalam penumpasan pemberontakan Kurdi pasca-revolusi.
Kakak kandungnya, Hassan Bagheri, adalah tokoh penting lainnya dalam sejarah IRGC.
Hassan merupakan pendiri cabang intelijen militer IRGC dan tewas dalam perang tersebut pada usia 27 tahun, setelah memimpin salah satu divisi utama.
Setelah kematian saudaranya, Mohammad Bagheri dipercaya menjabat sebagai Kepala Operasi Intelijen IRGC pada 1983.
Ia kemudian menempati berbagai posisi strategis, seperti Wakil Kepala Intelijen dan Operasi, serta Kepala Urusan Bersama Angkatan Bersenjata.
Pada tahun 2016, ia diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata menggantikan Mayor Jenderal Seyyed Hassan Firoozabadi.
Menurut Reza H. Akbari dari Institute for War and Peace Reporting, Bagheri adalah bagian dari "unit elit IRGC" yang sering ditugaskan dalam operasi sensitif, terutama terkait kekuatan udara.
Baca Juga: Serangan Israel ke Iran Terdengar di Teheran
Sanksi Internasional dan Kontroversi
Jenderal Bagheri dikenai berbagai sanksi internasional. Pada tahun 2019, Pemerintahan AS di bawah Donald Trump menjatuhkannya sanksi sebagai bagian dari tekanan terhadap lingkaran dalam Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Ia juga dikenai sanksi oleh Uni Eropa karena dituduh memasok drone kepada Rusia, serta oleh AS, Kanada, dan Inggris atas perannya dalam penindakan keras terhadap demonstrasi di Iran tahun 2022 setelah kematian Mahsa Amini.
Dampak Serangan dan Eskalasi Regional
Selain Bagheri, dua tokoh penting lainnya juga dilaporkan tewas dalam serangan tersebut: Hossein Salami, Panglima Tertinggi IRGC, dan Gholamali Rashid, Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Iran.
Beberapa ilmuwan nuklir juga dilaporkan menjadi korban dalam serangan yang mengejutkan dunia internasional ini.
Serangan terjadi hanya beberapa hari sebelum dijadwalkannya perundingan nuklir antara AS dan Iran yang akan berlangsung di Muscat, Oman.
Meskipun Utusan Khusus AS, Steve Witkoff, menyatakan bahwa pembicaraan masih akan berlangsung, banyak pihak meragukan kelanjutannya.
Reza H. Akbari menyatakan bahwa kemungkinan negosiasi tetap berlanjut sangat kecil.
"Saya rasa kemungkinan pembicaraan berlanjut sangatlah tipis," ujarnya kepada Al Jazeera.
Sejumlah negara di kawasan Teluk, termasuk Arab Saudi, Oman, dan Qatar, mengecam keras serangan tersebut dan menyebutnya sebagai "pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional."
Sebagai respons cepat atas kematian Bagheri, pemerintah Iran menunjuk Ahmad Vahidi, mantan Menteri Pertahanan dan Dalam Negeri, sebagai pejabat sementara Kepala Staf Angkatan Bersenjata. (aj/hm27)