Tuesday, May 13, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Pengamat: Pertumbuhan Ekonomi Alami Perlambatan

journalist-avatar-top
Selasa, 13 Mei 2025 19.33
pengamat_pertumbuhan_ekonomi_alami_perlambatan

Ilustrasi ekonomi Sumut. (f:ist/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Pengamat ekonomi menyebut pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) Q1 (kuartal pertama) tahun 2025 mengalami perlambatan menjadi 4,67 persen.

Pengamat ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin, mengatakan pertumbuhan ekonomi Sumut kehilangan momentum untuk tumbuh pesat di kuartal berikutnya.

Gunawan Benjamin menyebut momen besar satu-satunya yang bisa mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Sumut adalah belanja masyarakat saat Natal dan tahun baru. Namun, pemerintah kurang bisa diharapkan karena ada penghematan anggaran atau efisiensi.

"Padahal ada Ramadan dan Idulfitri yang membuat ekspektasi kita terhadap kinerja ekonomi Sumut menjadi lebih suram ke depannya," katanya kepada Mistar, Selasa (13/5/2025).

Dikatakannya, momen Ramadan dan Idulfitri tidak akan terulang lagi, Sumut akan lebih mengandalkan belanja rutin pemerintah dan konsumsi rumah tangga.

Kemudian, ekonomi Sumut menghadapi tantangan dari kenaikan tarif. Dampak langsung atau tidak, akan sangat dirasakan dan tetap berpeluang menekan output industri yang ada di tanah air.

"Ditambah tensi geopolitik India dan Pakistan, secara keseluruhan masalah ini menjadi ketidakpastian yang cukup mengganggu kinerja ekonomi Sumut, serta ada ancaman resesi dan perlambatan kinerja ekonomi dunia," ujarnya.

Menurutnya, transaksi dagang Sumut dengan negara lain akan menjadi pintu masuk tekanan ekonomi Sumut. Tercermin yakni buruknya kinerja ekspor Sumut atau justru dibarengi kemungkinan kenaikan kinerja impor Sumut.

"Motor penggerak ekonomi akan bertumpu pada bagaimana Sumut mendorong agar daya beli masyarakat terjaga hingga tutup tahun," tuturnya.

Perlambatan ekonomi ini, lanjutnya, memang tidak bisa menghindari. Namun, masih memiliki kesempatan menjaga pertumbuhan ekonomi tidak turun di bawah 4,4 persen.

"Kuncinya, bagaimana menjaga belanja masyarakat atau konsumsi rumah tangga. Karena porsi pertumbuhan ekonomi dari belanja masyarakat," ucapnya. (Amita/hm18)

REPORTER:

RELATED ARTICLES