Ketua LPS: Sistem Keuangan Indonesia Makin Tangguh Berkat Pembelajaran Krisis

Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa. (foto:amita/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menegaskan bahwa sistem keuangan Indonesia kini lebih tangguh berkat pembelajaran dari berbagai krisis, termasuk krisis moneter tahun 1997-1998.
Dalam paparannya, Purbaya menjelaskan LPS dibentuk berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, dan mulai beroperasi pada September 2005. Tujuan utama pendirian LPS adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat pasca krisis, ketika perbankan dilanda penarikan dana besar-besaran atau bank run.
"Pada waktu itu, kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sempat jatuh akibat gelombang penutupan bank," ujar Purbaya saat LPS Financial Festival 2025, di Kota Medan, Rabu (20/8/2025).
Purbaya mengingatkan bahwa pasca krisis, pemerintah menerapkan blanket guarantee atau jaminan penuh yang berhasil memulihkan kepercayaan masyarakat. Namun, kebijakan ini juga menimbulkan risiko moral hazard. Untuk itu, LPS didirikan dengan sistem penjaminan terbatas, yakni Rp2 miliar per nasabah per bank.
Ia juga menyoroti penguatan peran LPS melalui Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) tahun 2023.
"Dulu LPS anak bawang di bawah BI (Bank Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Sekarang zaman Pak Joko Widodo (Jokowi), LPS disetarakan dengan Bank Sentral dan OJK, bahkan punya hak suara dalam rapat," katanya.
Purbaya turut mengkritisi kebijakan moneter pada krisis 1997-1998 yang dinilainya membingungkan, karena suku bunga tinggi tidak sejalan dengan pertumbuhan uang beredar yang longgar.
"Kondisi ini membuat dunia usaha tidak berani meminjam, sementara uang yang berlimpah justru digunakan untuk menyerang nilai tukar rupiah," ucapnya.
Berbeda dengan krisis global 2008-2009, ia menilai strategi pemerintah lebih tepat, yakni menurunkan suku bunga dan meningkatkan belanja fiskal. Langkah tersebut berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4,6 persen, saat banyak negara lain justru mengalami kontraksi.
Dengan pengalaman dari berbagai krisis, Purbaya optimistis Indonesia kini memiliki pemahaman yang kuat untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global di masa depan. (amita/hm16)
PREVIOUS ARTICLE
Rupiah Masih Bertengger di Angka Rp16.271 Sore ini