Kekeringan Picu Harga Cabai Meroket, Akademisi Ungkap Solusi

Akademisi Universitas Simalungun Dr. Darwin Damanik. (foto:abdi/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Kenaikan harga cabai di Kota Pematangsiantar yang mencapai Rp80.000 per kilogram menjadi sorotan masyarakat. Menurut Akademisi Universitas Simalungun, Dr Darwin Damanik, kondisi ini disebabkan terbatasnya pasokan akibat musim kering yang melanda daerah sentra produksi seperti Simalungun, Batubara, dan Karo.
"Pasokan cabai ke Pematangsiantar tidak mencukupi kebutuhan pasar, sehingga harga melonjak tajam," ujar Darwin kepada Mistar.id, Selasa (9/9/2025).
Solusi Stabilisasi Harga Pangan
Darwin menyampaikan bahwa untuk menjaga stabilitas harga pangan, tidak cukup hanya menggelar pasar murah. Pemerintah, katanya, dapat melakukan sejumlah langkah konkret, seperti:
- Stabilisasi pasokan melalui cadangan pangan nasional
- Subsidi transportasi untuk mengurangi disparitas harga antar wilayah
- Modernisasi pertanian, seperti peningkatan irigasi dan penggunaan teknologi pertanian
- Diversifikasi pangan lokal untuk mengurangi ketergantungan pada satu komoditas
"Dengan begitu, kita bisa menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga komoditas, termasuk cabai," ucapnya.
Frugal Living dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Lebih lanjut, Darwin menekankan pentingnya peran masyarakat dalam menghadapi lonjakan harga melalui pengelolaan keuangan keluarga yang bijak. Ia menyoroti tren frugal living atau gaya hidup hemat yang kini mulai diterapkan sebagian warga.
"Beberapa masyarakat mulai menanam sendiri bahan pangan di sekitar rumah. Ini membantu mengurangi pengeluaran rumah tangga," ucap Darwin.
Inflasi Dipicu Kenaikan Harga Cabai
Sebelumnya, Bank Indonesia Pematangsiantar melaporkan bahwa kenaikan harga cabai, terutama cabai merah, menjadi salah satu faktor utama pendorong inflasi di Kota Pematangsiantar. Inflasi tercatat sebesar 1,21 persen pada Agustus 2025, sebagian besar dipicu komoditas hortikultura. (abdi/hm27)