Tradisi Memasak Bubur Asyuro di Kampung Religi Besilam Babussalam Langkat

Warga Kampung religi Besilam Babusalam Langkat memasak Bubur Asyuro dalam kuali besar untuk dibagikan ke seluruh warga. (Foto: Dokumentasi Visit Besilam Babussalam/Mistar)
Langkat, MISTAR.ID
Masyarakat kampung religi Besilam Babussalam, yang berada di Desa Besilam, Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, memiliki tradisi unik setiap tanggal 10 Muharram dalam penanggalan Hijriah, yaitu memasak Bubur Asyuro. Asyura adalah hari kesepuluh bulan Muharram dalam kalender Islam.
Tradisi ini telah berlangsung lama dan diwariskan secara turun-temurun oleh Tuan Guru Babussalam pertama. Tahun ini, 10 Muharram bertepatan dengan Minggu (6/7/2025).
Sejak pagi, puluhan warga Besilam yang terdiri dari kaum bapak dan ibu mulai berkumpul di Madrasah Besar kampung untuk memulai kegiatan memasak Bubur Asyuro secara gotong royong.
Mereka memasak menggunakan panci-panci besar di dapur umum Madrasah Besar Besilam. Bubur Asyuro dibuat dari berbagai bahan seperti beras, jagung, aneka sayuran, kacang-kacangan, rempah-rempah, dan udang kering.
Tahun ini, sebanyak empat kuali besar Bubur Asyuro dimasak untuk dibagikan kepada sekitar 1.000 kepala keluarga di Besilam.

Warga Kampung religi Besilam Babusalam Langkat memasak Bubur Asyuro dalam kuali besar untuk dibagikan ke seluruh warga. (Foto: Dokumentasi Visit Besilam Babussalam/Mistar)
Para ibu bertugas merajang dan menyiapkan bahan-bahan seperti rempah, sayur, dan bumbu. Sementara para bapak menyiapkan api di kuali besar, memasak air, serta menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Proses memasak berlangsung selama 4 hingga 5 jam karena bubur ini tidak boleh dimasak dengan api besar, agar teksturnya tetap terjaga.
Tradisi memasak Bubur Asyuro ini bukan sekadar kegiatan kuliner tahunan, tetapi mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan kepedulian sosial dalam masyarakat Besilam.
Muharram merupakan salah satu dari empat bulan yang dimuliakan dalam Islam. Di bulan ini, umat Islam dianjurkan memperbanyak amalan baik serta menjauhi kemaksiatan, karena dosanya dilipatgandakan.
Hari Asyura, selain sebagai momentum sejarah penting seperti keselamatan Nabi Musa dari Firaun, juga menjadi waktu untuk berpuasa, bersedekah, dan meningkatkan kepedulian sosial.
Menurut Anwar Kucay, salah seorang warga Besilam, tradisi memasak Bubur Asyuro ini telah dilakukan sejak zaman leluhur sebagai bentuk rasa syukur atas keselamatan dan keberkahan, sekaligus mempererat tali silaturahmi antarwarga.
"Biasanya setiap 10 Muharram atau hari Asyura, umat muslim disunnahkan berpuasa. Hampir seluruh warga Besilam Babussalam hari ini juga berpuasa. Bubur Asyuro ini nantinya menjadi menu wajib berbuka puasa," ujar Anwar, Minggu (6/7/2025).
Bubur biasanya matang sebelum Salat Zuhur. Setelah salat, warga datang ke Madrasah Besar membawa rantang, piring, atau mangkuk dari rumah masing-masing untuk mengambil bubur sebagai hidangan berbuka puasa.

Warga Kampung religi Besilam Babusalam Langkat memasak Bubur Asyuro dalam kuali besar untuk dibagikan ke seluruh warga. (Foto: Dokumentasi Visit Besilam Babussalam/Mistar)
Di Madrasah Besar Besilam Babussalam, tradisi ini ditutup dengan buka puasa bersama yang dipimpin oleh Tuan Guru Besilam Babussalam, Syekh Zikmal Fuad, bersama jamaah Tarekat Naqsyabandiyah yang sedang melaksanakan suluk di kampung religi tersebut.
"Nanti juga akan dilaksanakan doa bersama yang dipimpin Tuan Guru Besilam Babussalam," kata Anwar.
Puasa Muharram merupakan amalan yang mengajarkan umat Islam untuk merenungi peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kenabian. Momentum ini juga mengajak umat Islam untuk memperkuat persatuan, memperbanyak zikir, sedekah, dan mendoakan kebaikan untuk sesama.
"Semoga dengan berpuasa dan menjaga tradisi memasak Bubur Asyuro di bulan Muharram awal tahun 1447 Hijriah ini, umat Islam semakin menghidupkan syiar-syiar agama dalam kehidupan sehari-hari," tuturAnwar. (endang/hm25)