Sunday, September 14, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Pengamat: KEK Tak Cukup Tarik Investor, Perlu Dukungan Stabilitas Politik dan Regulasi Pro Bisnis

journalist-avatar-top
Minggu, 14 September 2025 13.50
pengamat_kek_tak_cukup_tarik_investor_perlu_dukungan_stabilitas_politik_dan_regulasi_pro_bisnis

Suasana bongkar muat kapal kontainer di Terminal Multiguna Pelabuhan Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara. (Foto: Bisnis.com)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) memiliki potensi besar sebagai pilar pertumbuhan ekonomi, namun keberadaannya saja tidak cukup untuk menarik investor.

Menurut pengamat ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin, Indonesia harus memiliki keunggulan kompetitif lain, seperti stabilitas politik dan kebijakan pro-bisnis, agar mampu bersaing dengan negara tetangga.

"KEK akan sangat unggul jika dikhususkan untuk program hilirisasi sumber daya alam. Selain itu, faktor lain yang krusial untuk menarik investor adalah ketersediaan sumber daya manusia, jaminan kepastian hukum, infrastruktur yang memadai, birokrasi yang efisien, dan stabilitas politik jangka panjang," katanya kepada Mistar, Minggu (14/9/2025).

Dalam pandangannya, salah satu tantangan terbesar bagi Indonesia adalah kemampuan lobi pemerintah untuk mendatangkan investor. Ia mencontohkan Vietnam, yang dinilainya sukses mengundang perusahaan teknologi besar seperti Apple dan Nvidia, sebagian besar karena stabilitas politiknya.

"KEK yang kita miliki itu tidak berdiri sendiri sebagai satu-satunya penilaian investor untuk berinvestasi di tanah air. Masih banyak faktor lain yang membutuhkan keseriusan pemerintah," ucapnya.

Gunawan juga menyoroti persepsi setiap pergantian kepemimpinan atau pemerintah, kebijakan juga ikut berubah. Ia berharap, jika pun ada perubahan, kebijakan tersebut harus mengarah ke arah yang lebih positif dan semakin pro-bisnis, bukan sebaliknya.

"KEK diharapkan bisa memberikan nilai tambah yang signifikan, tidak hanya dari sisi investasi, tetapi juga dari penyerapan tenaga kerja. Ini menciptakan efek multiplier yang bisa menjadi motor penggerak perekonomian," ujarnya. (Amita/hm18)

REPORTER: