Cerita Sejarah Munculnya Air Panas Tinggi Raja
cerita sejarah munculnya air panas tinggi raja
Simalungun, MISTAR.ID
Tinggi Raja adalah satu tempat yang memiliki mata air asli air panas. Objek yang berada di Desa Tinggi Raja, Kecamatan Silau Kahen Kabupaten Simalungun Sumatera Utara itu membentuk bukit kapur dari belerang yang mengeras.
Keindahan yang dimiliki Tinggi raja yaitu dari bagian bukit teratas dapat dijumpai bukit kapur bagaikan bukit bersalju. Tentu sangat patut dikunjungi untuk memanjakan mata.
Saat ini dari berbagai daerah telah banyak orang berkunjung ke sana. Banyak yang mengakui Cagar Alam Tinggi Raja ini sungguh sangat luar biasa indahnya, dan jarang ditemui di Indonesia. Namun, di balik keindahan alamnya, tidak banyak yang mengetahui sejarah menarik dari air panas tersebut.
Baca Juga:Wisata Cagar Alam Tinggi Raja, Kawah Putih Nan Memesona
Asal mula terbentuknya Cagar Alam Tinggi Raja juga menjadi salah satu cerita menarik, salah seorang penjaga parkir di tempat tersebut yang menamai dirinya Opung bersedia menceritakan sejarah tentang tempat ini.
Konon kawasan Tinggi Raja berasal dari empat marga yaitu Damanik, Sipayung, Saragih dan Purba. Kampung ini dulunya bernama Bauan, saat itu raja melakukan kenduri dan dalam kenduri tidak dibenarkan memakan hati kerbau, yang menjadi pantangan dari raja. Namun, anak raja mengambil hati kerbau tersebut dan melanggar peraturan dengan memakan hati kerbau bersama masyarakat lainnya hingga terkena sumpah oleh Tinggi Raja.
Sebahagian masyarakat banyak yang mati dan anak raja saat itu mencoba melarikan diri. Meskipun sempat lari hingga kedaerah Lintong, Tapanuli, namun kematian tidak dapat dielakkan oleh anak raja tersebut. Dirinya mati setelah datang air panas yang menghantam dirinya.
Baca Juga:Kemenparekraf Gelar Biannual Tourism Forum di Kawasan Danau Toba
ā Jadi setiap tahunnya ada mistik suara gendang,ā ucapnya. Itulah sedikit cerita opung akan asal mula Tinggi Raja. Setelah muncul air panas tersebut, terbentuklah bukit kapur yang sekarang menjadi fenomena alam.
Tinggi Raja sudah ditemukan sekitar ratusan tahun lalu, tetapi karena akses menuju tempat itu sangat memprihatinkan, seperti akses jalan menuju ke cagar alam tersebut yang sangat terjal dan rusak. Cagar alam ini belum begitu sering didengar di telinga masyarakat luas. Hal itu diungkapkan oleh Paini (68) salah seorang penduduk sekitar Cagar Alam Tinggi Raja tersebut. Pada 19 Nopember 2013. (antara/hm17).
PREVIOUS ARTICLE
Pemimpin ASEAN Sepakati Konektivitas Pembayaran