Wednesday, March 19, 2025
home_banner_first
MEDAN

Waspada Gempa! Ini Langkah Antisipasi dari Ahli Mitigasi ITB

journalist-avatar-top
Rabu, 19 Maret 2025 11.58
waspada_gempa_ini_langkah_antisipasi_dari_ahli_mitigasi_itb

Prof. Krishna Suryanto Pribadi. (f: ist/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Peneliti Manajemen Bencana dari Pusat Penelitian Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Krishna Suryanto Pribadi, mengatakan ada dua hal yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya gempa.

“Pertama, kita harus memahami apakah daerah kita termasuk rawan gempa atau tidak. Bisa juga melihat peta gempa nasional. Kemudian, memastikan apakah bangunan tempat tinggal atau tempat kerja kita tahan gempa atau tidak,” ujar Prof. Krishna, Rabu (19/3/2025).

Guru besar Fakultas Teknik Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta itu mengatakan antisipasi gempa bumi juga perlu disiapkan bersama keluarga.

“Caranya dengan memiliki tas siaga bencana. Kemudian, kenali lingkungan sekitar tempat tinggal untuk memastikan jalur penyelamatan dan tempat evakuasi yang aman ketika terjadi gempa,” ucapnya.

Langkah selanjutnya mempelajari drill menyelamatkan diri.

“Contohnya, berlindung di bawah tempat yang aman. Juga harus tahu menyelamatkan diri setelah gempa berhenti,” tuturnya.

Upayakan mempelajari teknik penggunaan P3K untuk menolong korban cedera dan menyiapkan cadangan makanan darurat.

“Termasuk air minum sedikitnya untuk tiga hari. Jangan lupa membangun solidaritas saling tolong menolong dan bekerja sama antar masyarakat sekitar,” katanya.

Dilanjutkan Prof Krishna, antisipasi gempa juga perlu diketahui pemerintah daerah agar memperhatikan kesiapan dan ketangguhan infrastruktur kritisnya.

“Khususnya fasilitas kesehatan, sekolah dan kantor pemerintah. Meningkatkan kemampuan koordinasi dan leadership yang baik penting saat menghadapi situasi bencana. Hal penting lain adalah penyediaan logistik bencana,” katanya.

Prof Krishna juga mengingatkan tentang gempa susulan yang sering terjadi.

“Energi gempa susulan biasanya lebih kecil dan magnitudonya melemah. Meski demikian, selalu ada potensi anomali terjadinya gempa kedua yang lebih besar dari gempa pertama. Contohnya seperti rangkaian gempa di pulau Lombok 2018 lalu, merupakan serangkaian gempa yg dipicu oleh pergerakan berbagai sesar yang berkaitan,” tuturnya. (ari/hm20)

REPORTER:

RELATED ARTICLES