Wednesday, March 12, 2025
home_banner_first
MEDAN

Kisah Perjuangan Anggota Polda Sumut Adopsi Bocah Tunawisma

journalist-avatar-top
Selasa, 11 Maret 2025 21.30
kisah_perjuangan_anggota_polda_sumut_adopsi_bocah_tunawisma_

Aiptu Sabar Sianturi saat diwawancarai wartawan (f: matius/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Aiptu Sabar Sianturi, personel Direktorat Lalulintas Polda Sumut, akhirnya mendapatkan hak asuh Tina Sianturi, 11 tahun, anak perempuan tunawisma yang bertahun-tahun menggelandang bersama ayahnya, Amin Sianturi.

Niat Aiptu Sabar Sianturi muncul lantaran prihatin melihat Tina yang hidup sebatang kara, setelah ayahnya meninggal dunia, Senin 3 Maret lalu di RSUP Pirngadi Medan.

Aiptu Sabar mengungkap perjuangannya mengadopsi Tina yang sempat ditentang pihak keluarga ibu Tina. Kata Sabar, mula ia menemukan Tina, yakni setelah melihat unggahan di media sosial pada 3 Maret lalu.

Kemudian dia mendatangi RSUP H Adam Malik Medan untuk mencari anak perempuan tersebut. Di sini ia mendapat informasi kalau Amin, ayah Tina dibawa ke rumah sakit pada Jumat 28 Februari lalu oleh pihak kepala lingkungan Sukaramai.

Setelah dua hari dirawat, kondisi Amin kian memburuk sehingga ia meninggal dunia pada 3 Maret kemarin. Karena tidak memiliki identitas, maka pihak RS saat itu akan memakamkan Amin ke pemakaman tanpa identitas alias Mr X.

Atas dasar kemanusiaan dan sesama marga Sianturi, kemudian Sabar Sianturi memberikan bantuan supaya Almarhum Amin dimakamkan secara layak di wilayah Marelan. "Singkat cerita, si Tina dan ayahnya bernama Amin Robert Sianturi ternyata tidak memiliki data-data baik Kartu Keluarga dan identitas lainnya,” ujar Sabar, Selasa (11/3/2025).

Kemudian, Robert ayah Tina dimakamkan secara Mr X. Aiptu Sabar yang merasa prihatin langsung mengambil alih proses pemakaman Robert, agar bisa dikuburkan dengan layak.

Sejak ayah Tina dimakamkan, ia tinggal bersama Aiptu Sabar dan juga keluarganya. Mulai dari sinilah Tina yang sudah bertahun-tahun hidup sebagai pengemis dirawat, dibelikan pakaian bagus dan dibawa ke salon.

Namun belakangan, ada sejumlah orang yang mengaku keluarga Tina dari pihak ibunya mendatangi Aiptu Sabar ke kantor. Mereka meminta Aiptu Sabar menyerahkan Tina kepada mereka, cerita Sabar.

Tak percaya begitu saja, lantas Sabar menanyakan identitas Tina mulai dari akte kelahiran dan kartu keluarga. Sayangnya, orang yang mengaku keluarga Tina tidak bisa menunjukkannya, sehingga Aiptu Sabar menolak permintaan mereka.

Karena berulang kali didatangi ke Ditlantas Polda Sumut, kemudian Aiptu Sabar meminta bantuan kepada Dinas Sosial Kota Medan mengenai hak asuh Tina sehingga hari ini, Selasa (11/3/2025), diadakan mediasi di UPT Asrama Haji Medan.

Mediasi berlangsung alot, pihak keluarga Tina dari sang ibu meminta supaya ia diserahkan. Padahal, mereka sendiri sebagian besar diduga hidup sebagai tunawisma.

Kemudian, selama ini mereka juga tidak pernah hadir menemui Tina hingga anak perempuan malang tersebut menggelandang. Aiptu Sabar mengungkapkan, Tina masih memiliki ibu kandung.

Ibunya pun diduga sudah menikah lagi dengan pria lain dan hidup sebagai tunawisma yang bekerja sebagai pengemis. Hal inilah yang membuatnya berjuang, supaya hak asuh diberikan padanya, daripada Tina kembali ke ibunya ataupun keluarganya.

"Saya sudah ketemu sama ibunya Tina, sekali yaitu tanggal 5 Maret, dia tinggal di kota Medan juga tetapi kehidupannya sebagai pengemis dan gelandangan. Makanya ketika keluarganya mau mengambil Tina dari saya, saya melihat kondisi keluarganya juga kurang beruntung justru saya ketakutan memberikan Tina kepada mereka," beber Sabar.

Mediasi yang dihadiri Dinas Sosial serta pihak terkait belum menemukan titik terang kepada siapa Tina diserahkan, dan akan dilanjutkan besok. Namun, Tina masih tinggal bersama Aiptu Sabar dan keluarganya.

Untuk itu, Sabar berharap Dinas Sosial maupun pemerintah yang membidangi memutuskan hak asuh kepadanya. Sebab ia khawatir apabila Tina kembali ke keluarganya akan tetap hidup menggelandang sebagai pengemis.

Sedangkan Tina, meski usianya sudah 11 tahun tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah. Bahkan, untuk membaca pun hampir tidak bisa karena tak pernah diajarkan.

Aiptu Sabar berjanji, apabila hak asuh jatuh kepadanya akan merawat Tina seperti anaknya sendiri. Apalagi Tina memiliki cita-cita ingin menjadi seorang dokter.

"Saya merasa si Tina ini sudah 11 tahun di jalanan tidak pernah menempuh pendidikan dan kita merasa iba, kasihan. Semua marga Sianturi sedunia berperan untuk keberlangsungan hidup si Tina," ujarnya mengakhiri.

Viral

Cerita pilu Tina Sianturi sempat membuat pengguna media sosial Tiktok terharu, dimana bocah perempuan tersebut menangis tersedu-sedu melihat ayahnya yang dalam kondisi lemah.

Dalam video viral yang dilihat Mistar, ayah dari Tina terlihat terbujur kaku di atas ranjang tidur rumah sakit, dengan posisi tangan terpasang infus dan oksigen.

Melihat keluarga satu-satunya itu, Tina menangis tersedu-sedu bahkan beberapa kali dia menggoyangkan tubuh bapaknya yang tidak berdaya.

Video berdurasi kurang dari 1 menit itu cukup mencuri perhatian warganet, banyak dari mereka mendoakan Tina bisa bertemu dengan keluarga, dan juga orang-orang baik yang bisa memberikan Tina kasih sayang. (matius/hm24)

REPORTER: