Cerita Iwan 39 Tahun Narik Becak Dayung di Medan: Pergi Pagi-Pulang Magrib
Cerita Iwan 39 Tahun Narik Becak Dayung Di Medan Pergi Pagi Pulang Magrib
Medan, MISTAR.ID
Becak tua ini menjadi satu-satunya alat untuk mencari nafkah bagi Iwan. Pria berusia 51 tahun yang tinggal di Jalan Marelan ini setiap hari mendayung becak untuk menafkahi dua anak dan istri tercintanya.
Ditemui di Pasar Petisah Jalan Rotan, Selasa (10/12/24), Iwan terlihat berbaur dengan para pengemudi becak bermotor. “Anak saya seharusnya 3, tapi meninggal 1, sisanya 2 orang laki-laki. Menghidupi mereka dari sinilah, cukup kalau untuk memenuhi kebutuhan harian,” ujarnya.
Lelaki kelahiran tahun 1973 ini mengatakan, ia terus berada di Jalan Rotan sejak dari pertama kali mendayung becaknya. Kendaraan roda tiga yang sudah tua dan berkarat itu tidak menyurutkan semangatnya untuk mencari rezeki di tengah penyedia jasa transportasi lainnya.
“Saya tidak merasa tersaingi, rezeki Tuhan yang atur. Tinggal bagaimana saya mencari rezeki itu, sehari bisa Rp70.000 – Rp100.000, tergantung jarak dan tergantung banyak penumpang,” kata Iwan.
Baca Juga : Fokus Lensa : Becak Dayung, Riwayatmu Kini
Ia mengatakan, setiap pagi ia harus menumpang angkutan kota (angkot) dari rumahnya di Jalan Marelan ke Jalan Ayahanda untuk mengambil becak yang ia titipkan.
“Biasanya dititipkan, sama seperti parkir. Kalau saya bawa pulang gak sangguplah. Biaya parkirnya juga hanya Rp2.000 per malam. Saya tidak berani titip di sini (Pasar Petisah) karena banyak maling,” tuturnya dengan nada sedikit bergetar.
Setiap hari Iwan mencari penumpang dari pagi hingga menjelang magrib. “Saya mulai dari jam 07.00 WIB sampai 18.00 WIB,” tuturnya.
Iwan yang telah bekerja sebagai penarik becak sejak tahun 1985 ini mengaku tidak sanggup mengikuti perkembangan zaman yang serba cepat saat ini.
“Saya bukannya gak mau narik betor, tapi saya gak mampu. Biaya perawatannya mahal, ke bengkel ngurus mesinnya, belum lagi bensinnya yang mahal. Kalau becak dayung ini kan gak segitunya butuh perawatan,” ucapnya.
Baca Juga : Riwayat Awal Becak di Medan
Tak dapat dipungkiri mengayuh sepeda memerlukan energi yang besar, apalagi ketika ada penumpang. Ketika ditanya bagaimana ia dapat menjaga kesehatannya agar tetap berenergi dan kuat dalam tetap mencari nafkah, dia mengaku tidak punya resep khusus.
“Rahasia gak ada. Saya sudah lama berprofesi di bidang ini, jadi sudah biasa mengayuh becak dayung, gak akan jadi beban. Malah seperti olahraga saja, berkeringat, itu bagus untuk kesehatan. Kemana penumpang mau, saya antar,” tutupnya. (amita/hm24)
PREVIOUS ARTICLE
Main Judi, Empat Pria Diciduk Polisi di Siantar