Pemerkosaan Gadis Keterbelakangan Mental Belum Terungkap, Polisi Hadapi Kendala
Pemerkosaan Gadis Keterbelakangan Mental Belum Terungkap Polisi Hadapi Kendala
“Ini kan kasus yang human interestnya tinggi. Kasus perempuan dan anak, kemudian keterbelakangan fisik maupun mental. Itu langkah pertama adalah treatment terhadap kondisi fisik dan psikis korban,” jelasnya kepada mistar, Rabu (18/12/24).
“Yang kita alami dalam kasus ini, itu memang ada kendala di situ. Informasi -informasi untuk mengungkap siapa pelaku, bagaimana peristiwa terjadi itu masih ada kendala,” lanjutnya.
Menurut Gidion, pihaknya tidak bisa memaksakan SH untuk memberikan keterangan secara detail perihal peristiwa yang dialaminya. Hal itu dikatakan dapat membuka kembali memori buruk SH.
“Malah kita menjadi salah. Ketika kita menanyakan kepada orang yang mengalami kendala seperti itu, alih-alih kita melakukan upaya, justru kita kemudian mengulik lagi memori buruknya, inikan harus pelan-pelan,” bebernya.
Perihal tukang becak yang diminta untuk segera dipanggil, Gidion mengatakan hal serupa. Hal itu merupakan bagian dari penyelidikan yang sedang didalami pihaknya.
“Itu bagian dari penyelidikan. Pertanyaannya siapa. Nah yang bersangkutan juga tidak tau itu siapa,” sebutnya.
Mengenai CCTV, Gidion menerangkan bahwa peristiwa yang dialami SH diduga tidak berada di lokasi yang banyak terpasang kamera CCTV. Meski begitu, pihaknya tetap membuka diri untuk menerima informasi perihal kasus tersebut.
“Kalau ada informasi justru itu menjadi kekayaan buat kita untuk melakukan pengungkapan. Kalau ada yang datang ramai-ramai, pak saya bawa cctv. Wah itu saya senang sekali. Kalau ada yang bilang kenapa tidak ditangkap, kita tangkap. Ayo tunjukan ke saya siapa yang harus kita tangkap,” jelasnya.
Gidion pun mengakui bahwa hasil visum terhadap SH telah ia diterima. Berdasarkan itu diketahui bahwa terdapat sperma pada kemaluan gadis yang sehari-hari bekerja sebagai pengumpul barang bekas itu.
“Hasil visum sudah kita terima. Ditemukan beberapa sperma dalam bentuk volume yang cukup banyak,” tutupnya.
Sebelumnya, gadis keterbelakangan mental berinisial SH diduga menjadi korban rudapaksa oleh orang yang tidak dikenal. Gadis 23 tahun itu diketahui tidak kembali pulang ke rumahnya selama dua hari.
Puluhan mahasiswa beserta keluarga korban pun melakukan unjuk rasa di depan Polrestabes Medan, Senin (16/12/24) lalu. Mereka datang mengungkapkan kekecewaan atas lambatnya penanganan kasus yang menimpa SH.(putra/hm17)