Mahasiswa dan Akademisi Tanggapi Pelecehan Seksual Verbal di Perguruan Tinggi
Mahasiswa Dan Akademisi Tanggapi Pelecehan Seksual Verbal Di Perguruan Tinggi
Medan, MISTAR.ID
Pelecehan seksual verbal menjadi isu yang kompleks dan telah menjadi masalah serius di ruang lingkup perguruan tinggi. Meski sering kali dianggap sepele, hal itu juga menimbulkan dampak negatif yang cukup besar.
Daffa (20), mahasiswa semester 5 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) mengakui banyaknya pelecehan seksual verbal yang terjadi di kampus.
“Sering sekali kalau melihat pelecehan seksual verbal di kampus sebenarnya. Contohnya seperti catcalling (pelecehan seksual yang dilakukan di ruang publik dengan kata-kata tidak senonoh). Korbannya ya pasti wanita. Ada juga yang ditanya-tanya sambil bercanda. Banyak fenomena gitu yang saya lihat,” ungkapnya.
Menurut Daffa, dampak dari pelecehan seksual verbal tergantung kepada kepribadian seseorang, khususnya mahasiswi yang sering mengalami.
Baca juga: Buka Perpustakaan, BPMP Harap Bisa Tingkatkan Literasi Numerasi Masyarakat
“Sebenarnya kalau kawan-kawan mahasiswi tidak menormalisasikan kelakuan oknum verbal, perlahan itu semua akan hilang,” ucapnya.
“Beberapa hari lalu di UMSU ada kegiatan yudisium, ada salah seorang mahasiswi menggunakan kebaya yang melintas di depan sekumpulan mahasiswa. Kemudian salah satu oknum ada yang bilang, ‘Besar ya?’ ke mahasiswi itu. Ya, langsung dilabrak mahasiswi itu dan heboh satu kampus mengerumuni,” tambahnya.
Daffa berharap kaum wanita atau mahasiswi harus mampu speak up, dan berhenti menormalisasikan kesalahan.
Pendapat senada juga disampaikan Wulan (47), dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMSU. Ia mengaku tingkat keberanian berbicara korban pelecehan seksual verbal sangat minim.
Baca juga: Parade Teater Dipentaskan Pertama Kali di Taman Budaya Medan
“Mental yang dialami korban itu sangat berpengaruh, rasa keberanian untuk melawan. Rasa malu berbicara, itu beberapa indikator kelemahan sebenarnya. Ini semua harus bisa diubah melalui mindset agar kita meminimalisir tindakan pelecehan seksual secara verbal,” ungkapnya ketika dihubungi lewat seluler.
Menurutnya, pelecehan seksual verbal terlalu dibiasakan dan selalu dihiraukan. Ia berharap, kedepannya korban harus memiliki keberanian dalam melaporkan jika ada tindakan tersebut.
“Silahkan laporkan ke biro fakultas masing-masing, bila ada kejadian pelecehan verbal. Akan ditindak tegas itu, siapapun pelakunya, baik itu mahasiswa bahkan dosen, pasti dipecat. Ini bukan fenomena biasa, tapi ini masalah serius di dunia pendidikan,” tegasnya.
Wulan berharap, tindakan pelecehan seksual verbal bisa diminimalisir hingga punah dari dunia pendidikan.
Tindakan tersebut, lanjutnya, juga mengakibatkan faktor penghambat semangat belajar korban. Para pelaku harus ditindak tegas atau dibina dengan ketentuan yang berlaku. (ari/hm25)