Mendikdasmen Soroti Minimnya Minat Mahasiswa Jurusan Eksakta, Dorong STEM Sejak Usia Dini

Mendikdasmen Abdul Mu’ti saat memberikan pidato di Wisuda UMSU Medan. (foto:susan/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Minimnya minat mahasiswa untuk memilih jurusan berbasis ilmu eksakta seperti fisika, matematika, dan kimia menjadi perhatian serius pemerintah. Padahal, jurusan-jurusan tersebut merupakan pilar penting dalam membangun kemajuan sains dan teknologi di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, saat menghadiri acara Wisuda Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) di Medan, Selasa (8/7/2025).
Ia mengatakan bahwa Presiden Prabowo berulang kali menekankan pentingnya STEM — Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika — sebagai fondasi kemajuan teknologi bangsa.
“Kita juga dipesankan oleh pak presiden untuk bagaimana kita menjadi negara yang maju dengan teknologi yang tinggi,” katanya.
Menurut Abdul Mu’ti, bangsa yang ingin maju tidak bisa hanya bergantung pada teknologi dari luar. Indonesia harus menjadi pelaku aktif dalam pengembangan teknologi dan inovasi.
Ia mengingatkan bahwa negara yang ingin menjadi maju tidak boleh hanya menjadi konsumen teknologi, apalagi menjadi ‘sampah’ atau objek dari negara-negara yang lebih unggul dalam sains dan teknologi.
Program Wajib Belajar 13 Tahun
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, pemerintah telah menggulirkan kebijakan wajib belajar 13 tahun, yang dimulai sejak taman kanak-kanak (TK).
Di tahap ini, anak-anak sudah mulai dikenalkan dengan konsep matematika melalui pendekatan yang menyenangkan.
“Di TK, anak-anak sudah dikenalkan matematika sebagai keterampilan dasar yang menyenangkan. Ada lagu-lagu edukatif yang membuat mereka bersemangat berbagi dan belajar menghitung,” ucapnya.
Mu’ti mencontohkan lagu berjudul "Buah Mangga", karya guru TK dari Jawa Timur, sebagai media sederhana namun efektif untuk menanamkan konsep pembagian dalam matematika.
“Lirik seperti ‘aku punya tiga buah mangga, satu buat papa, satu buat mama, satu buat saya’ secara tidak langsung sudah mengajarkan anak tentang berbagi dan pembagian. That is math! Itu matematika,” tuturnya.
Mewarnai Sebagai Bagian dari Pembelajaran Matematika
Menteri juga menepis anggapan bahwa anak usia dini tidak perlu belajar matematika karena hanya fokus bermain.
Justru menurutnya, permainan seperti mewarnai angka dan bentuk juga merupakan bagian dari proses pengenalan matematika sekaligus penguatan motorik halus anak.
“Mewarnai melatih kesabaran, ketekunan, dan pengenalan warna. Semua itu membentuk karakter dan kemampuan kognitif anak sejak dini,” kata Mu’ti.
Abdul Mu’ti menegaskan bahwa pengenalan STEM sejak usia dini akan berlanjut ke jenjang sekolah dasar sebagai bagian dari strategi nasional untuk memperkuat literasi sains.
Harapannya, semakin banyak siswa yang tertarik mengambil jurusan eksakta saat memasuki bangku kuliah.
“Kita butuh lebih banyak generasi muda yang mencintai sains dan teknologi agar Indonesia mampu bersaing di era revolusi industri dan kecerdasan buatan,” tuturnya. (susan/hm27)