Mathius Fakhiri: Perjalanan Karier Lulusan Akpol yang Menang PSU Pilgub Papua 2025

Ilustrasi, Mathius Fakhiri: Perjalanan Karier Lulusan Akpol yang Menang PSU Pilgub Papua 2025. (foto:kabarpapua/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Mathius Derek Fakhiri (lahir 6 Januari 1968) adalah putra asli Papua yang meniti karier panjang di Kepolisian Republik Indonesia hingga akhirnya terpilih sebagai Gubernur Papua melalui Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilihan Gubernur (Pilgub) Papua 2025.
Kemenangan ini menutup babak panjang Pilkada 2024 yang sempat diwarnai sengketa hukum, dan menarik perhatian nasional mengingat latar belakang Fakhiri sebagai mantan Kapolda Papua.
Latar Belakang dan Pendidikan
Fakhiri lahir di Ransiki, Manokwari Selatan, sebagai anak ketiga dari sepuluh bersaudara. Ia mengenyam pendidikan dasar hingga menengah di Papua yakni SD YPK Merauke, SMP YPPK St Thomas Wamena, dan SMA Negeri 2 Jayapura.
Ia kemudian diterima di Akademi Kepolisian (Akpol) dan lulus tahun 1990. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), Sespim Polri, dan Sesko TNI.
Masa Kecil dan Kehidupan Pribadi
Sejak kecil, Fakhiri telah terbiasa berpindah tempat mengikuti tugas sang ayah, seorang perwira TNI yang kini purnawirawan. Ia sempat mengalami masalah kesehatan saat balita, namun berhasil pulih.
Dikenal memiliki bakat di bidang olahraga, terutama atletik, Fakhiri tumbuh sebagai pribadi disiplin dan aktif. Ia menikah dengan Rafatul (disebut juga Rafatul Eva atau Rafatul Mulkia) dan dikaruniai empat orang anak.
Karier Kepolisian: Dari Brimob hingga Kapolda
Setelah lulus dari Akpol, Fakhiri mengawali karier di satuan Brimob dan bertugas di berbagai wilayah, termasuk Palangkaraya, Banjarmasin, Jayapura, dan Kaimana.
Beberapa jabatan strategis yang pernah diemban antara lain: Kapolres Kaimana, Kapolres Jayapura, Kasat Brimob Polda Papua, Wakapolda Papua Barat, Wakapolda Papua, dan Kapolda Papua (2021).
Selama masa tugas, ia aktif dalam sejumlah operasi keamanan besar, termasuk penanganan konflik sosial di Papua.
Dari Sengketa Pilkada ke Kemenangan PSU
Pilkada Papua 2024 awalnya dimenangkan pasangan Benhur Tomi Mano–Yermias Bisai. Namun, pasangan Mathius Fakhiri–Aryoko (dikenal sebagai “Mari-Yo”) mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait kelayakan pencalonan lawan.
Pada 24 Februari 2025, MK membatalkan hasil Pilkada dan mendiskualifikasi Yermias Bisai, memerintahkan pelaksanaan PSU.
Pemungutan suara ulang dilaksanakan pada 6 Agustus 2025. Hasil akhir menempatkan Fakhiri–Aryoko sebagai pemenang. Proses pemungutan suara berjalan relatif damai dan mendapat apresiasi dari berbagai kalangan.
Pesan Kepemimpinan dan Komitmen Rekonsiliasi
Dalam masa kampanye PSU hingga setelah dinyatakan menang, Fakhiri berulang kali menyampaikan pentingnya persatuan, kedewasaan politik, dan rekonsiliasi antar kelompok di Papua.
Visinya berfokus pada pembangunan inklusif, pemulihan stabilitas, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Papua. Hal ini menjadi daya tarik kuat dalam strategi komunikasinya kepada publik.
Sorotan Publik: Perjalanan Spiritual dan Penghargaan
Pada Maret 2024, Fakhiri memutuskan memeluk Islam dan mengucapkan syahadat. Keputusan ini diberitakan luas dan menjadi sorotan publik.
Selain itu, sepanjang kariernya di kepolisian, ia menerima berbagai tanda kehormatan atas pengabdiannya sebagai perwira Polri.
Sorotan Utama
- Rekam Jejak Profesional: Lulusan Akpol 1990 dan mantan Kapolda Papua, pengalaman ini menjadi modal utama dalam meraih kepercayaan publik.
- Kemenangan melalui Jalur Hukum: PSU merupakan hasil dari proses hukum yang panjang dan menjadi preseden demokrasi yang sehat.
- Komitmen Rekonsiliasi: Seruan untuk bersatu pasca-kemenangan menjadi simbol harapan baru bagi masyarakat Papua.
- Perubahan Pribadi yang Bermakna: Perjalanan spiritual Fakhiri memperlihatkan dimensi personal yang turut membentuk karakternya sebagai pemimpin.
Kesimpulan: Mathius D. Fakhiri merupakan sosok yang memadukan rekam jejak di kepolisian dengan akar budaya lokal sebagai putra Papua. Kemenangannya dalam PSU Pilgub Papua 2025 membuka babak baru bagi provinsi ini.
Tantangan besar seperti rekonsiliasi, keamanan, dan pembangunan kini menantinya di masa jabatan yang akan datang. Masyarakat pun menunggu bagaimana janji persatuan dan pembangunan akan diwujudkan dalam kebijakan nyata.
Artikel ini disusun dengan dukungan teknologi Kecerdasan Buatan (AI) dan merujuk pada berbagai sumber terpercaya, Kamis (22/8/2025). (*)
PREVIOUS ARTICLE
OTT KPK Terhadap Immanuel Ebenezer: Sorotan dan Langkah Lanjut