Friday, April 25, 2025
home_banner_first
WISATA

Kisah Robet Panjaitan: Lima Tahun Berdagang di Kaki Air Terjun Situmurun

journalist-avatar-top
Senin, 21 April 2025 13.19
kisah_robet_panjaitan_lima_tahun_berdagang_di_kaki_air_terjun_situmurun

Warung milik Robet Panjaitan di sekitar Air Terjun Situmurun Danau Toba. (f: indra/mistar)

news_banner

Toba, MISTAR.ID

Di balik gemuruh Air Terjun Situmurun yang megah, terdapat kisah perjuangan Robet Panjaitan, seorang pedagang asal Huta Lumban Pea, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba. Pria 52 tahun ini harus melintasi Danau Toba dengan perahu kecil selama 15 menit untuk mencapai lokasi jualannya, tepat di bawah air terjun yang menjulang di tebing batu.

"Saya sudah lima tahun berjualan di sini. Naik solu (sampan), tapi sudah pakai mesin," ujarnya saat ditemui Mistar, Minggu (20/4/2025).

Robet menyediakan minuman dan makanan ringan bagi wisatawan yang datang menikmati panorama alam yang masih alami. Air Terjun Situmurun atau yang juga dikenal sebagai Air Terjun Binangalom, adalah salah satu keindahan tersembunyi di Danau Toba.

Terletak di Desa Situmurun, Kecamatan Lumbanjulu, air terjun ini memiliki keunikan tersendiri, aliran airnya langsung jatuh dari ketinggian sekitar 70 meter ke permukaan Danau Toba, sesuatu yang langka di kawasan Danau Toba yang didominasi lereng-lereng bukit.

Air terjun ini berasal dari mata air yang berhulu di kawasan Lumbanjulu dan mengalir melewati wilayah tanah adat milik marga Manurung. Nama 'Situmurun' sendiri diambil dari kampung yang terletak di atas tebing air terjun.

Keindahan Situmurun belum banyak tersentuh pembangunan. Tidak ada jalur darat yang langsung mengarah ke lokasi air terjun. Pengunjung hanya bisa mencapainya dengan menumpang kapal dari Pelabuhan Ajibata atau dermaga-dermaga kecil di sekitar Lumbanjulu.

Akses yang terbatas inilah yang membuat kawasan ini tetap alami, namun sekaligus menyulitkan pengembangan usaha masyarakat sekitar.

"Kalau pengunjung ramai, bisa cukup untuk beli beras. Setiap hari adanya pengunjung, tetapi tidak semua singgah, kadang hanya lewat saja," kata Robet, yang tetap semangat berjualan meski terkadang harus menantang ombak dan cuaca tak menentu.

"Kalau dari darat nggak bisa langsung ke lokasi. Harus lewat danau," ucap Robet.

Keterpencilan ini membuat keberadaan pedagang seperti dirinya sangat membantu wisatawan yang membutuhkan asupan ringan selama menikmati panorama alam yang masih asri.

Bagi Robet, berdagang bukan sekadar mencari uang. Itu adalah bentuk keterikatan pada alam. Ia berharap keindahan Situmurun semakin dikenal luas dan pemerintah daerah turut memperhatikan potensi ekonomi masyarakat lokal di sekitar destinasi wisata tersebut. (indra/hm24)

REPORTER: