Normalisasi Sungai Batu Gaga untuk Antisipasi Banjir di Parapat Belum Jelas


Warga membersihkan material pasca banjir bandang di Parapat yang terjadi pada Minggu (16/3/2025). (f:dok/mistar)
Simalungun, MISTAR.ID
Wacana untuk melakukan normalisasi Sungai Batu Gaga untuk antisipasi banjir susulan di Parapat masih belum jelas.
Sebelumnya wacana ini diungkapkan Bupati Simalungun, Anton Ahcmad Saragih pada Minggu (16/3/2025) malam. Ia mengatakan pasca banjir bandang telah mendatangi lokasi dan meminta dinas terkait untuk menurunkan alat berat guna melakukan normalisasi sungai.
Saat ditanyakan pada Kepala BPBD Kabupaten Simalungun, Resman Saragih terkait upaya normalisasi sungai tersebut masih dalam pembahasan.
"Yang mengerjakan nanti tergantung lah, bisa juga Dinas PUTR dan BPBD. Itu kan masih rencana, anggarannya pun entah dari mana. Nanti lah kita lihat kemampuan keuangan daerah ini ya kan," kata Resman, Rabu (19/3/2025).
Dikatakannya lagi, untuk menormalisasi sungai membutuhkan perencanaan yang matang dan juga anggaran cukup besar agar hal ini bisa dilaksanakan. Sehingga banjir tidak lagi terjadi dikemudian hari.
Sementara itu, untuk data saat ini ada sebanyak 259 rumah terdampak banjir yang mengakibatkan kerusakan pada peralatan rumah tangga dan 19 rumah rusak parah serta hewan ternak hanyut terbawa arus banjir.
"Untuk kerugian dan angka pastinya belum bisa kita simpulkan dan masih dalam perhitungan. Kita tunggu lah hasil dari perhitungannya," ujar Resman.
Disampaikannya lagi, pasca banjir tepatnya berselang satu hari. Gubernur dan juga Pangdam I/BB telah melakukan kunjungan ke titik lokasi banjir dan turut memberikan bantuan obat-obatan yang diperlukan masyarakat terdampak banjir.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Simalungun, Daniel Silalahi menyampaikan bahwa pihaknya hanya bisa sebatas melaporkan. Hal ini lantaran kawasan hutan di Parapat merupakan gawean dari pihak Kementerian Kehutanan.
"Kalau untuk agenda pertama kita setelah banjir melaporkan. Sudah kita laporkan ke Kementerian Kehutanan, baru kita ikut membersihkan material banjir. Dan kita pun tidak ada peralatan berat, yang ada itu di Dinas PUTR," ujar Daniel.
Lanjutnya lagi, kalau diidentifikasi dan kerusakan lingkungan yang terjadi sudah berulang-ulang dan bakal terjadi lagi kejadian serupa di waktu akan datang. Dan hal ini harus dilakukan antisipasi yang dimulai saat ini.
"Diatas Bangun Dolok itu lah Sitahoan. Saat ini sudah gundul dan masyarakat juga melakukan penyadapan getah Pinus. Sebenarnya ini sudah kompleks kali permasalahannya, makanya dari saat ini harus diantisipasi," ucapnya lagi.
Material banjir seperti batu yang jatuh dari atas terbawa arus banjir lantaran sudah tidak lagi terikat akar-akar pohon. Ketika ada arus air yang deras batu tersebut pun ikut terbawa.
"Dengan menurunnya jumlah pepohonan di sana, akan berdampak pada ekosistem lingkungan. Kita bisa bilang apa, masalah pengelolaan hutan itu di kementerian. Kita hanya melaporkan dan tidak bisa masuk sembarangan. Soal normalisasi sungai mungkin itu langkah pencegahan dan bagus juga," tuturnya. (hamzah/hm25)