Anyaman Keranjang Bambu, Sumber Ekonomi Utama Warga Nagori Sigodang
Anyaman Keranjang Bambu Sumber Ekonomi Utama Warga Nagori Sigodang
Simalungun, MISTAR.ID
Sudah sejak puluhan tahun, warga Nagori Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, tetap setia dengan usaha anyaman keranjang bambu. Kerajinan tangan tradisional yang keahliannya diwariskan turun-temurun ini, merupakan sumber utama ekonomi masyarakat setempat.
Keranjang berbahan baku bambu ini, digunakan sebagai wadah atau tempat mengemas buah-buahan dan sayur mayur segar. Terutama di beberapa daerah di Simalungun dan sejumlah daerah lainnya di Sumatera Utara yang berbasis pertanian.
Rohit Rumahorbo, salah seorang pengrajin keranjang bambu di Nagori Sigodang, mengaku telah membuat keranjang bambu ini secara turun temurun.
“Kalau pembuatan kerajang bambu ini sudah diwariskan secara turun temurun. Bahkan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, saya sudah bisa membuat keranjang ini bang,” ujar mahasiswa semester 8 Universitas HKBP Nomensen ini kepada Mistar.id, Senin sore (22/5/23).
Menurutnya, bambu sebagai bahan baku kerajang ini, yang sudah dibelah, per ikatnya dibandrol sebesar Rp 20 ribu. Sementara per satu ikatnya bisa menghasilkan setidaknya 20 buah keranjang.
Sementara, keranjang yang sudah siap dianyam, harga jualnya dibandrol sebesar Rp 7 ribu hingga Rp 12 ribu per buah. “Cuma kalau harganya ini musiman bang. Kalau lagi musim panen sayur atau buah di daerah Dolok Sanggul, Saribudolok dan Kabanjahe, harga keranjang ini bisa mengalami kenaikan.
Proses pembuatan keranjang, bagi para pengrajin terbilang gampang. Setiap keluarga mampu membuat keranjang, 20 – 40 buah dalam sehari.
Baca Juga:Pengrajin Rambu Ulos Batak Butuh Bantuan Modal Usaha
“Kalau upah pembuatan saja, minimal mulai dari Rp 5 ribu ke atas. Namun tetap menyesukan dengan harga jual keranjangnya juga,” kata Rohit.
Dari hasil pembuatan keranjang bambu itu, Rohit mengaku, keluarganya memiliki pendapatan sekitar Rp 300 ribu per harinya.
“Kami ada dua orang kuliah. Ya dari sini lah sumber penghasilan orang tua untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari,” terang Rohit yang tekun membantu orang tuanya menganyam keranjang.
Keluarganya bersama warga setempat, memilih usaha tersebut karena tidak terlalu membutuhkan modal dan tempat usaha yang besar. Selain itu, anyaman bambu yang sudah selesai tetap laku dan tidak ada potensi kerugian.
Baca Juga:Nawal Lubis Ingin Pengrajin di Sumut Contoh Jenggala Bali
“Kalau keranjang ini bang tetap saja laku, sehinga gak ada istilah rusak atau busuk. Paling yang sering jadi masalah soal harganya saja,” katanya.
Apakah Pemerintah Kabupaten Simalungun atau lembaga lain, pernah memberikan bantuan berupa modal, pembinaan atau dalam bentuk kerjasama untuk memajukan usaha masyarakat di wilayah ini?.
Rohit mengatakan belum pernah menerima hal sedemikian. “Kalau dari Pemkab Simalungun belum ada lah bang. Dari pihak bank juga begitu,” tuturnya sambil merapikan keranjang bambu miliknya. (abdi/hm17).