Awalnya Villa Pejabat Hindia Belanda, Ini Cerita Rumah Dinas Wali Kota Medan


Rumah dinas Wali Kota Medan dulu yang kini ditetapkan sebagai cagar budaya.(f:ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Tak ada habisnya jika bercerita tentang kebudayaan di Kota Medan.
Sebelumnya membahas cerita tentang Gedung Warenhuis dan Ramadan Fair, kali ini Mistar akan membahas perjalanan rumah dinas Wali Kota Medan.
Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Medan, OK Zulfani Anhar, menjelaskan rumah dinas wali kota (burgemeester) beberapa kali pindah tempat. Jika dirunut dari peta Kota Medan, terhitung ada tiga lokasi rumah dinas.
“Berdasarkan peta Kota Medan tahun 1925, rumah dinas pertama terletak di Jalan Diponegoro (dulu Manggalaan, l persisnya di atas lahan Sun Plaza sekarang. Kemudian di pertengahan tahun 1930, berpindah dari Jalan Diponegoro ke arah selatan, persisnya di posisi tusuk sate antara Manggalaan dan Sultan Ma’moen Alrasjidweg (posisi rumah dinas yang sekarang ini),” jelas Zulfani, Sabtu (19/4/2025).
Lima belas tahun berselang, cerita Zulfani, rumah dinas Wali Kota Medan kembali berpindah ke sebelah timur (sekarang ini rumah dinas Pangdam I/Bukit Barisan).
“Karena saat itu Jepang berkuasa di Sumatera Timur, rumah dinas yang lama ditempati Kekaisaran Jepang dari tahun 1942-1945. Sehingga rumah dinas kembali pindah,” ucapnya.
Lalu tahun 1952, kata Zulfani, rumah dinas kembali berpindah ke Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Medan Polonia, dan bertahan sampai sekarang.
“Jadi rumah dinas yang sekarang itu awalnya dibangun sebagai villa oleh pejabat Hindia Belanda pada tahun 1930. Rumah ini didesain dengan karakteristik rumah atau villa untuk orang Eropa. Di mana bagian belakang sering digunakan sebagai area untuk pembantu, supir dan gudang. Saat ini sebagian rumah bagian belakangnya masih ada, tapi yang sebelah sudah dirubuhkan,” kata Zulfani.
Disebutkan Zulfani, seiring perkembangan zaman, beberapa penambahan dibuat pada halaman belakang rumah dinas tanpa mengganggu bangunan aslinya.
“Awalnya, konsep rumah villa dilengkapi dengan back house yang berfungsi sebagai area servis, saat ini juga masih terlihat. Atapnya berbentuk limas dengan ventilasi (dormer) berbentuk kurva pada bagian depan. Ini merupakan arsitektur Eropa untuk penyesuaian terhadap iklim tropis dan lembab,” tuturnya.
Lanjut Zulfani, terdapat juga bukaan yang cukup besar di sepanjang dinding dilindungi dengan overstek yang cukup lebar, untuk mengantisipasi radiasi matahari masuk ke dalam ruangan serta tempias air hujan.
“Rumah ini dibangun dengan plafon yang tinggi dan ditutup oleh atap dengan kemiringan melandai pada bagian bawahnya. Pintu masuknya ditandai oleh teras (porch) dengan pilar. Lantainya diangkat lebih tinggi. Elemen-elemen ventilasi udaranya diadaptasi ornamen pada rumah tradisional Melayu Deli. Saat ini rumah dinas Wali Kota telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kota Medan No 51/B/TACB/Tap/I/2021, dikarenakan memiliki sejarah panjang perjalanan peradaban Kota Medan,” tutup Zulfani. (rahmad)