Akademisi: Penggunaan BBM Kurang Tepat Pengaruhi Performa Mesin


Akademisi Unimed, Prof. Janter P Simanjuntak (f:ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Akademisi Universitas Negeri Medan (Unimed), Prof. Janter P Simanjuntak, mengatakan bahwa penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang kurang tepat akan berdampak pada performa mesin.
“Sampai saat ini saya tidak tahu apa ada SPBU (Stasiun Pengisian Bahan bakar Minyak) yang menjual BBM oplosan. Kalau kita tahu tentu kita tidak mau membelinya. Yang kita tahu adalah khusus untuk pertalite (RON 90) dan pertamax (RON 92),” katanya kepada Mistar, Senin (3/3/2025).
Guru Besar bidang Ilmu Energi Baru dan Terbarukan Unimed itu mengatakan, kedua BBM ini berbeda penggunaan dan harganya, di mana Pertamax lebih mahal dibanding Pertalite. Umumnya, RON 92 digunakan untuk mesin dengan spesifikasi lebih tinggi.
“Jadi yang keliru adalah menggunakan BBM RON 90 ke mesin spesifikasi tinggi yang akan menyebabkan masalah pada engine itu sendiri,” ucapnya.
Lebih lanjut, Janter mengatakan belum pernah menemukan atau mendengar kasus kinerja kendaraan yang menurun karena menggunakan bahan bakar yang tidak tepat.
“Saya hanya berpendapat secara teoritis. Hal lain juga ada yang berpengaruh untuk penurunan kondisi mesin selain bahan bakar,” tuturnya.
Dosen Fakultas Teknik itu juga mengatakan, secara teknis penurunan performa akibat penggunaan bahan bakar yang kurang tepat masih bisa diatasi. Namun, hal itu bergantung pada seberapa besar dampak kerusakan yang sudah terjadi pada mesin.
Baca Juga: Kenali Ciri-Ciri BBM Oplosan
Pengawasan terhadap BBM di lapangan, sebutnya, menjadi hal yang penting dilakukan pihak terkait karena menjadi jaminan terhadap konsumen itu sendiri.
“Pengawasan dan pengujian rutin serta sosialisasi ke konsumen akan meningkatkan kepercayaan publik kepada produk BBM itu sendiri, dan akan terhindar dari isu-isu yang mungkin timbul di kalangan publik,” katanya lagi.
Terkait informasi yang viral mengenai BBM yang diduga dioplos, Janter mengaku tidak dapat berkomentar lebih jauh.
“Sebab isunya adalah bahan bakar oplosan yang terkait dengan proses produksi,” ujarnya. (susan/hm17)
PREVIOUS ARTICLE
PT DPM Diduga Layangkan Somasi Siluman ke Perusahaan Media