Thursday, April 24, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Perang Dagang Makin Panas, Trump Fokus Hantam Tiongkok

journalist-avatar-top
Kamis, 17 April 2025 09.32
perang_dagang_makin_panas_trump_fokus_hantam_tiongkok

Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. (f:ist/mistar)

news_banner

Amerika Serikat, MISTAR.ID

Presiden AS Donald Trump mengejutkan dunia dengan mengumumkan jeda tarif bagi sejumlah negara kecuali satu, yaitu Tiongkok. Hanya beberapa jam setelah tarif baru diberlakukan, Beijing langsung merespons dengan balasan keras, menandai eskalasi dramatis dalam konfrontasi dagang yang bisa mengubah wajah ekonomi global.

Dalam sepekan, tarif AS terhadap produk Tiongkok melonjak dari 54 persen menjadi 125 persen. Tak tinggal diam, Tiongkok membalas dengan bea masuk hingga 84 persen atas barang-barang dari AS. Dunia menyaksikan dengan cemas: dua kekuatan besar ini tampaknya bersiap untuk perang dagang jangka panjang dan menyakitkan.

“Ini adalah indikasi terkuat menuju pemisahan ekonomi total antara AS dan Tiongkok,” ujar Nick Marro dari Economist Intelligence Unit sabagaimana dikutip dari cnn, Kamis (17/4/2025).

Trump menuding Tiongkok tak tahu cara bernegosiasi, sementara Presiden Xi Jinping justru menegaskan bahwa Beijing tak akan tunduk pada apa yang ia sebut sebagai “perundungan sepihak” Amerika.

Di Tiongkok, reaksi publik dikelola dalam balutan nasionalisme dan ketegasan. Media pemerintah menyerukan kesiapan penuh menghadapi “perjuangan delapan tahun” ini. Bahkan saat ekspor ke AS diprediksi bisa terpangkas setengah, Beijing menegaskan: mereka siap bertahan.

“Kami telah bersiap selama enam tahun untuk hari ini,” kata Victor Shih dari Universitas California.

Dampak ke depan diperkirakan brutal: harga barang-barang di AS bisa melambung, lapangan kerja di Tiongkok terancam, dan rantai pasok global berpotensi terguncang hebat.

Namun di balik semua itu, strategi Xi tampak terukur. Tiongkok telah memperluas hubungan dagang global, membangun rantai pasok alternatif, dan memperkuat teknologi manufakturnya dengan AI hingga semikonduktor.

“Dalam jangka panjang, Tiongkok memiliki ketahanan strategis lebih kuat,” tulis ekonom Renmin University, Cai Tongjuan.

Satu hal yang pasti: ini bukan sekadar perang tarif. Ini adalah pertarungan supremasi ekonomi, dan dunia bersiap menghadapi guncangannya.(cnn/hm17)

REPORTER:

RELATED ARTICLES