Festival Literasi Merdeka Gelar Nobar Film Tingkatkan Pemahaman Isu Lingkungan
Festival Literasi Merdeka Gelar Nobar Film Tingkatkan Pemahaman Isu Lingkungan
Medan, MISTAR.ID
Festival Literasi Merdeka menyelenggarakan nonton bareng (nobar) film “17 Surat Cinta” yang disutradarai Dandhy Dwi Laksono, dan dilanjutkan dengan diskusi yang berlangsung di Gedung Juang 45 Medan, Sabtu (30/11/24) sore.
Koordinator acara, Diana Srimilana Hutasoit mengatakan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi berbasis pemikiran kritis, terutama dalam menghadapi isu-isu sosial dan lingkungan.
“Kita kenal, Dandhy Dwi Laksono adalah seorang sutradara film yang fokus di isu-isu sosial, lingkungan, politik yang bertujuan untuk mengedukasi. Nah itu bagian dari literasi, tetapi kali ini medianya adalah film,” katanya kepada Mistar.id, seusai acara.
Baca juga:Tingkatkan Ruang Lokal Sumut, Festival Literasi Ramaikan Gedung Juang 45 Medan
Lanjutnya, narasi dan literasi seperti itu yang ingin dikembangkan dan diperluas melalui kegiatan ini.
“Sehingga semua orang bisa mendapatkan akses informasi yang menurutku ini sebenarnya bukan eksklusif, tapi masyarakat itu kurang terpapar,” lanjutnya.
Ia menekankan, ini merupakan tugas bersama dalam mengkampanyekan dan membuka pemikiran khususnya para pemuda untuk semakin sadar, kritis serta peka terhadap kondisi lingkungan.
Terpisah, Staf Publikasi dan Campaign Yayasan Srikandi Lestari, Ade Hutasoit, mengatakan bahwa, nobar film ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi yang tidak terlalu senang membaca.
Baca juga:Festival Literasi Balige Kabupaten Toba, Jurnalis Latihan Reportase
“Tidak hanya menyajikan data yang faktual, filmnya juga bisa menggugah emosi, mengajak dan memperlihatkan bagaimana sebenarnya kondisi alam saat ini,” tuturnya.
Ade berharap, para pemuda khususnya generasi z dapat melek informasi maupun hukum, untuk dapat lebih memahami bagaimana regulasi-regulasi yang ada membawa masa depan khususnya dalam konteks lingkungan.
“Aku berharap juga semakin banyak anak muda yang memiliki ketertarikan di dunia perfilman khususnya yang berkecimpung di dunia lingkungan. Akan lebih bagus kalau isu itu dijelaskan dalam bentuk visual, karena film itu bisa menjadi media untuk propaganda,” tutupnya. (susan/hm17)